Sambut Maulid Nabi Muhammad, Warga di Kendal Gelar Tradisi Weh-Wehan

KENDAL, iNews.id - Tradisi menyambut Maulid Nabi Muhammad di Kaliwungu, Kabupaten Kendal tak pernah lekang oleh zaman. Bahkan kehadirannya selalu dinantikan warga sebagai bentuk kecintaan kepada Nabi Muhammad.
Tradisi Weh-Wehan atau Ketuwin yang digelar setiap tahun, menjadi ajang untuk saling bertukar makanan dan berbagi kepada sesama. Bahkan sebagian masyarakat Kaliwungu menyebut, merayakan Maulid Nabi sama dengan memperingati Idul Fitri atau Idul Adha.
Anak-anak bersuka cita dengan pakaian baru, berkeliling kampung membawa makanan untuk dibagikan kepada tetangga. Hampir setiap gang dan kampung di Kecamatan Kaliwungu Kendal menjadi meriah dengan aneka jajanan dan lampu hias di sekitar rumah warga.
Tradisi Weh-Wehan awalnya berkembang di dua desa, yakni Krajan Kulon dan Kutoharjo yang berdekatan dengan Masjid Agung Al Muttaqin Kaliwungu.
Tradisi saling berbagi atau dalam bahasa Jawa disebut weh-wehan, warga menyiapkan makanan di depan rumah. Meja-meja berderet sepanjang jalan kampung, untuk tempat saling bertukar jajanan.
“Tradisi ini hanya berkembang di wilayah Kaliwungu sejak puluhan tahun silam,” kata Kepala Desa Nolokerto, Nur Fatoni, Senin (18/10/2021).
Ulama di Kaliwungu memperingati kelahiran Nabi Muhammad dengan saling berbagi dan memberi makanan kepada sesama warga. Tradisi kemudian berkembang ke desa-desa lainnya di Kaliwungu, dan terus dilestarikan hingga sekarang.
Warga Krajan Kulon Gunawan mengatakan, tradisi ini sudah mengakar di masyarakat Kaliwungu. Menurutnya, berbagi makanan sebagai bentuk kecintaan dan kebahagiaan menyambut kelahiran Nabi Muhammad.
Dalam tradisi ini anak-anak yang paling menantikan. Sebab mereka akan mendapatkan banyak jajanan aneka macam. Bahkan anak-anak ini bersemangat berkeliling kampung membawa makanan untuk ditukarkan dengan makanan lainnya.
Dalam tradisi ini, ada makanan khas Kaliwungu yang disebut sumpil. Makanan dari bahan beras dibungkus dengan daun bambu, keberadaannya yang paling dinanti karena hanya ada di tradisi ini saja.
Editor: Ary Wahyu Wibowo