get app
inews
Aa Text
Read Next : 34 Warga Jateng Positif Covid-19: 30 Orang dalam Perawatan, 4 Sembuh

Seberapa Efektif Vaksin Booster saat Kasus Covid-19 Melonjak, Ini Kata Pakar RS UNS

Kamis, 10 Februari 2022 - 16:08:00 WIB
Seberapa Efektif Vaksin Booster saat Kasus Covid-19 Melonjak, Ini Kata Pakar RS UNS
Juru Bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit (RS) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dr Tonang Dwi Ardyanto. Foto: Ist.

SOLO, iNews.id Kasus Covid-19 tengah melonjak di Indonesia. Kini muncul pertanyaan seberapa efektif vaksin booster guna menghadapi virus Corona yang merebak. 

Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian Rumah Sakit (RS) UNS Solo, dr Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, pemerintah sudah gencar melaksanakan vaksinasi kepada seluruh masyarakat Indonesia. Namun semua orang yang telah divaksin, tetap dimungkinkan terinfeksi Covid-19. 

“Maka menjawab pertanyaan bagi yang telah melakukan vaksinasi booster namun terinfeksi Covid-19, karena ketika divaksin disuntikkan melalui lengan otot kemudian akan membentuk antibodi di paru-paru,” kata Tonang Dwi Ardyanto sebagaimana dilansir laman uns.ac.id, Kamis (10/2/2022). 

Diakuinya, dalam membentuk antibodi di saluran nafas relatif rendah. Dengan demikian, masih ada risiko untuk terinfeksi Covid-19. Maka, yang harus dilakukan adalah mengontrol kesehatan sebagai upaya membatasi virus yang akan masuk ke tubuh. 

“Kalaupun nantinya terkena Covid-19, akan mengalami gejala ringan karena sudah kuatnya antibodi yang terbentuk di paru-paru,” katanya. 

Dia kembali menegaskan bahwa vaksin untuk mencegah gejala, bukan mencegah adanya infeksi. Melihat kondisi rumah sakit yang mengalami penambahan jumlah pasien Covid-19, dirinya mengimbau untuk melakukan isolasi mandiri di rumah selama masih dalam tahap gejala ringan dan bisa termonitor Pemerintah Daerah (Pemda).

“Indikasi gejala ringan ialah ketika mengalami tanda-tanda terinfeksi Covid-19. Segera periksakan, dan nanti akan ditentukan oleh tenaga kesehatan terkait metode isolasinya. Atau bisa dideteksi dengan mengukur kecepatan nafas yang berada pada frekuansi di bawah 20 per menit maka dianggap normal. Sedangkan ketika mendekati 25-30 per menit maka diharapkan waspada,” katanya. 

Masyarakat Indonesia tak perlu khawatir tertular ketika ada tetangganya yang terinfeksi Covid-19 dan melakukan isolasi mandiri. “Karena fenomena takut tertular terjadi saat pertengahan tahun 2020 – 2021, tetapi kenyataanya sekarang tidak lagi,” ujarnya. 

Namun diakui, masih ditemui masyarakat yang abai protokol kesehatan (prokes) dengan dalih untuk membentuk herd immunity. Padahal ketika ditelisik melalui sudut pandang ilmiah, herd immunity istilah yang sering dipakai dalam bidang peternakan. Tentu pemahaman herd immunity ini tidak bisa diterapkan untuk manusia. 

“Sederhananya dengan tidak menaati prokes bukan berarti herd immunity akan terbentuk dengan sendirinya. Kita harus tetap berhati-hati, karena meski mengalami gejala ringan selalu ada risiko perburukan,” katanya. 

Masyarakat di negara kawasan United Kingdom (UK), contohnya yang berani melonggarkan warga negaranya mengenai prokes. Karena negara tersebut telah memiliki perhitungan yang jelas akan dampak serta solusi yang akan terjadi ke depannya. 

Adapun masyarakat Indonesia yang sudah tervaksinasi dengan lengkap baru 48 persen. Maka sikap hati-hati dan taat prokes sangat perlu untuk diketatkan. 

Dirinya berpesan agar jangan menjadi masyarakat yang abai prokes. Dirinya mengajak untuk kesadaran bersama, saling menjaga prokes, serta menghindari kerumunan. 

“Dengan percepatan vaksin yang saat ini dilakukan, prokes yang senantiasa dijaga, bukan tidak mungkin kasus Covid-19 di Indonesia akan berkurang dan kondisi pandemi segera menghilang,” ucapnya. 

Editor: Ary Wahyu Wibowo

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut