Sejarah Kabupaten Sragen, Terbentuk saat Pangeran Mangkubumi Perang Lawan Tentara Belanda
JAKARTA, iNews.id - Sejarah Kabupaten Sragen menarik untuk diulas. Kabupaten Sragen adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Wilayah ini dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau, dipenuhi oleh persawahan hijau yang melingkupi desa-desa tradisional. Sragen juga memiliki warisan budaya yang kaya, tercermin dalam berbagai upacara adat dan kesenian tradisional yang masih dijaga dengan baik.
Selain itu, kabupaten ini juga memiliki perekonomian yang berkembang pesat, dengan sektor pertanian dan industri kecil yang menjadi tulang punggung utama.
Kabupaten Sragen memiliki asal usul nama yang cukup unik, berasal dari dua kata yakni pasrah dan legen. Kata tersebut terbentuk dari makanan yang disukai oleh Pangeran Mangkubumen atau Pangeran Sukowati.
Kabupaten Sragen terbentuk ketika munculnya sebuah perang mangkubumen pada 1746 - 1757. Pangeran Mangkubumi yakni adik dari Sunan Pakubuwono II sangat membenci kolonialisme Belanda. Oleh karena itu, bangsawan muda tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang dengan Belanda.
Dalam perjalanannya perang dengan para pasukannya, ia melewati berbagai desa, salah satunya adalah Desa Pandak, Karangnongko, masuk wilayah Sukowati.
Di desa inilah Pangeran Mangkubumi membentuk pusat Pemerintahan Projo Sukowati. Ia juga meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati dan mengangkat beberapa pejabat pemerintahan.
Secara geografis wilayah tersebut terletak di tepi jalan lintas para tentara kompeni, dan dianggap kurang aman. Akhirnya pada tahun 1746 pusat pemerintahan dipindahkan ke Desa Gebang.
Sejak saat itulah Pangeran Sukowati memperluas daerah kekuasaannya meliputi Desa Jati, Pakis, Krikilan, Celep, Prampalan, Mojoroto, Grompol, Kaliwuluh, Jurangjero, Jumbleng, Lajersari, dan beberapa desa lainnya.
Dengan daerah kekuasaan yang makin meluas dan juga jumlah pasukan yang semakin banyak, ia selalu menggencarkan untuk melakukan perlawanan dengan kompeni Belanda. Dalam perlawanannya ia juga dibantu oleh saudaranya yakni Raden Mas Said.
Perlawanannya kepada Belanda berakhir pada perjanjian Giyanti yang berisi tentang pembagian wilayah Mataram Islam. Isi dari perjanjian tersebut adalah, Pangeran Sukowati mendapatkan bagian wilayah Kesultanan Yogyakarta yang kemudian bergelar Hamengkubuwono I.
Kemudian pada 12 Oktober 1840 dengan adanya surat keputusan Sunan Pakubuwono VII yaitu Serat Angger-angger Gunung. Wilayah Sragen dijadikan Pos Tundan, yaitu tempat untuk menjaga ketertiban dan keamanan lalu lintas barang.
Pada 5 Juni 1847, Sragen disebut sebagai Kabupaten Gunung Pulisi. Hal tersebut juga dilakukan atas persetujuan dari Residen Surakarta.
Kemudian di setiap Kabupaten Gunung Pulisi dibentuk pengadilan kabupaten berdasarkan Staatsblad No 32 Tahun 1854. Bupati pulisi menjadi ketua dan dibantu oleh Kliwon, Rangga, Kaum, dan Panewu.
Pada 1869, Kabupaten Pulisi Sragen memiliki empat distrik yakni Grompol, Sragen, Majenang dan Sambungmacan.
Akhirnya perubahan tersebut diteruskan oleh Pakubuwono X, di mana Kabupaten Pangreh Praja sebagai Daerah Otonom yang melaksanakan kekuasaan hukum dan pemerintahan.
Pada akhirnya saat memasuki zaman Kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Pangreh Praja Sragen menjadi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen.
Itulah ulasan mengenai sejarah Kabupaten Sragen yang bisa menjadi referensi kamu saat berkunjung di wilayah yang berbatasan antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur.
Editor: Ahmad Antoni