get app
inews
Aa Text
Read Next : Rute Kirab Penobatan Raja Baru Keraton Solo, Gusti Purbaya Dilantik Jadi Pakubuwono XIV

Sejarah Kesultanan Surakarta, Jejak Perjalanan Dinasti Mataram

Jumat, 03 Maret 2023 - 16:23:00 WIB
Sejarah Kesultanan Surakarta, Jejak Perjalanan Dinasti Mataram
Sejarah Kesultanan Surakarta, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat di Kota Solo. Foto: dok.

SOLO, iNews.id – Sejarah Kesultanan Surakarta muncul sebagai dampak kemelut panjang di Kesultanan Mataram Islam yang berdiri sejak abad ke-16 masehi. Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat merupakan kerajaan di pulau Jawa bagian tengah yang berdiri pada tahun 1745.

Pemerintahan awal Kesultanan Mataram Islam berada di Mentaok, kemudian Kotagede (Yogyakarta). Pada masa Amangkurat I (1645-1677), tepatnya tahun 1647, pusat pemerintahan dipindahkan ke Plered (sekarang di Kabupaten Bantul). Kesultanan Mataram dengan ibu kota di Plered rusak parah akibat pemberontakan Trunajaya pada tahun 1677. Selanjutnya Susuhunan Amangkurat II memindahkan ibu kota ke Kartasura. 

Amangkurat II (1680-1702) mendirikan kerajaan baru di timur Yogyakarta, yaitu di hutan Wonokarto yang berganti nama menjadi Kartasura (kini di masuk Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo). Keraton baru didirikan karena Istana Plered dikuasai pemberontak dan dianggap sudah tidak layak sebagai pusat pemerintahan. 

Keraton baru di Kartasura mulai dibangun pada 1679, kemudian dikenal sebagai Kasunanan Kartasura Hadiningrat. Berturut-turut, penerus tahta Amangkurat II di Kasunanan Kartasura Hadiningrat adalah Amangkurat III (1703-1708), Pakubuwono I (1704-1719), Amangkurat IV (1719-1726) sampai dengan Pakubuwono II (1726-1749). 

Dalam perjalanannya, terjadi perpecahan Wangsa Mataram Di era pemerintahan Pakubuwono II, yakni pada kurun 1741-1742. Terjadi geger pecinan yang menyebabkan hancurnya istana Kasunanan Kartasura Hadiningrat. Keraton Kartasura mendapat serbuan dari pemberontakan orang-orang Tionghoa yang mendapat dukungan dari orang-orang Jawa anti VOC di tahun 1742. 

Kesultanan Mataram yang berpusat di Kartasura akhirnya mengalami keruntuhan. Kartasura berhasil direbut kembali melalui bantuan Adipati Cakraningrat IV, seorang penguasa Bangkalan, namun keadaannya sudah rusak parah. Pakubuwana II yang menyingkir ke Ponorogo, akhirnya memutuskan untuk membangun istana baru. 

Susuhunan Pakubuwana II memerintahkan Tumenggung Hanggawangsa bersama Tumenggung Mangkuyudha, mencari lokasi ibu kota dan keraton yang baru. Untuk itu, dibangun keraton baru di lokasi yang berjarak sekitar 20 kilometer ke arah tenggara dari Kartasura, tepatnya di Desa Sala, sebuah desa di tepi Sungai Bengawan Solo. 

Untuk pembangunan keraton ini, Pakubuwana II membeli tanah seharga selaksa keping emas yang diberikan kepada akuwu (lurah) Desa Sala yang dikenal sebagai Ki Gedhe Sala. Di tengah pembangunan keraton, Ki Gedhe Sala meninggal dan dimakamkan di area keraton. 

Pemindahan keraton dari Kartasura ke Desa Sala dengan berbagai pertimbangan. Pertama, menurut ahli nujum Raden Tumenggung Hanggawangsa, kerajaan itu menjadi baik, ramai, makmur. Meskipun kekuasaan raja tidak seberapa luas, namun dapat berlangsung lama. Kedua, Desa Sala terletak di dekat tempuran, tempat bertemunya dua Sungai Pepe dan Sungai Bengawan Solo. 

Menurut mistik Jawa, tempuran mempunyai arti magis dan tempat-tempat di dekatnya dianggap keramat. Ketiga, letak Desa Sala dekat dengan Bengawan Solo, sebuah sungai terpanjang di Jawa yang sejak zaman dahulu mempunyai arti penting sebagai penghubung antara Jawa Tengah dengan Jawa Timur. Fungsi sebagai penghubung dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, antara lain ekonomi, sosial, politik, dan militer. Sampai abad ke-19, bepergian lewat sungai lebih aman daripada melewati jalur darat.

Alasan keempat, Sala telah menjadi desa sehingga untuk mendirikan keraton tidak diperlukan tenaga untuk pembabat hutan yang didatangkan dari tempat lain. Selain Semanggi, di dekat Sala juga terdapat desa-desa penting yang telah ada sejak zaman Kartasura, yaitu Baturana dan Gabudan. Keduanya ditempati abdi dalem pembuat babud (permadani). 

Alasan kelima, supaya kebijakan VOC yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan dengan mudah, agar pusat kota Mataram yang baru mudah dicapai dari Semarang dan harus dijaga, sehingga pemerintah mudah mengirim bala bantuannya karena Semarang dikenal sebagai jalan masuk menuju Mataram. 

Keenam, orang Jawa percaya bahwa keadaan tanah berpengaruh pada penghuni rumah yang didirikan di atas tanah itu. Tanah di Desa Sala dianggap layak, sehingga dibangun keraton di wilayah ini.

Sejarah Kesultanan Surakarta, Pada tahun 1744 Pakubuwono II membangun pusat pemerintahan baru di Desa Sala (Solo) dekat Sungai Bengawan Solo. Daerah ini kemudian dikenal juga dengan nama Surakarta. Dibangunnya istana di Surakarta menandai berdirinya Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Pemerintahan Pakubuwono II sebagai penguasa pertama Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Keraton Solo), masih diwarnai polemik internal antara sesama trah Mataram. 

Saudara tiri Pakubuwono II, yakni Pangeran Mangkubumi menuntut tahta Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Sementara, Pakubuwono II menunjuk putranya, Raden Mas Suryadi sebagai putra mahkota. Pangeran Mangkubumi tidak menerima keputusan itu, sehingga pada tahun 1746 ia meninggalkan istana dan mendirikan pemerintahan tandingan di Yogyakarta. 

Pangeran Mangkubumi bergabung dengan Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa, seorang Pangeran Mataram yang lahir di istana Kartasura dan telah melancarkan perlawanan terhadap Pakubuwono II sejak peristiwa geger pecinan. Dengan bergabungnya Raden Mas Said beserta pengikutnya, kubu Pangeran Mangkubumi semakin bertambah kuat. 

Pada 12 Desember 1749, Pangeran Mangkubumi, dengan mendapat dukungan penuh Raden Mas Said mengangkat dirinya sebagai raja atau sultan di kerajaan tandingan di Yogyakarta. Raden Mas Said diangkat sebagai patih (perdana menteri), sekaligus panglima perang dan menyandang gelar Pangeran Adipati Mangkunegoro Senopati Panoto Baris Lelono Adikareng Noto. Pangeran Mangkubumi juga menikahkan Raden Mas Said dengan anak perempuannya yang bernama Raden Ayu Inten. 

Pada penghujung tahun 1749, Pakubuwono II sakit keras sehingga kedaulatan Kasunanan Surakarta Hadiningrat diserahkan kepada Belanda, yakni VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Sejak itu, penobatan raja-raja keturunan Mataram harus seizin Belanda. Pada 15 Desember 1749, VOC yang diwakili oleh Baron von Hohendorff melantik putra mahkota, Raden Mas Suryadi, sebagai penerus tahta Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan gelar Sri Susuhunan Pakubuwono III (1749-1788). 

Pada 20 Desember 1749, Pakubuwono II wafat karena penyakitnya yang semakin parah. Pada sisi lain, Belanda cemas karena wilayah Pangeran Mangkubumi semakin luas. Belanda kemudian menggagas Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755. Secara garis besar, isi perjanjian membagi wilayah Mataram menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat di bawah pimpinan Sri Susuhunan Pakubuwono III dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dipimpin Pangeran Mangkubumi dengan gelar Sri Sultan Hamengkubuwono I (1755-1792). 

Namun, Hamengkubuwono I dan Raden Mas Said justru berselisih paham, sehingga Raden Mas Said melakukan perlawanan kepada mertuanya, selain tetap melawan Pakubuwono III di Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Lagi-lagi VOC ikut campur karena cemas dengan sepak terjang Raden Mas Said.

Nicholas Hartingh, penguasa VOC di Semarang, mendesak agar Pakubuwono III segera mengupayakan jalan perdamaian. Maka digagas Perjanjian Salatiga pada 17 Maret 1757 di Wonogiri. Perjanjian Salatiga semakin mengurangi wilayah Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Raden Mas Said mendapat daerah kekuasaan di sebagian wilayah Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Wilayah ini disebut Praja (Kadipaten) Mangkunegaran dan Raden Mas Said dinobatkan sebagai penguasanya dengan gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I atau Adipati Mangkunegara I (1757-1795). 

Demikian seklumit sejarah Kesultanan Surakarta yang terus mengalami berbagai peristiwa hingga era Raja Paku Buwono XIII. 

Editor: Ary Wahyu Wibowo

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut