Sosok Letkol Inf M Zainollah, Anak Nelayan Jadi Komandan Pasukan Pemukul Kodam Diponegoro

SEMARANG, iNews.id – Sosok Letkol Inf Mohammad Zainollah, Komandan Yonif Raider 400/ Banteng Raiders, menarik untuk diulas. Perjalanan karier militer dilaluinya dengan penuh perjuangan dan kerja keras.

Ya, Zainollah tak membayangkan bakal menjadi prajurit TNI AD, karena dia tak pernah bercita-cita jadi tentara. Namun seiring perjalanan waktu, takdir berkata lain. Ada motivasi kuat yang menggerakkan jiwanya untuk berkarier di militer.

Baca Juga

Selamat! Kodam IV/Diponegoro Raih Juara I BMN Awards Kemhan-TNI TA 2023

Hal itu diungkapkan Letkol Zainollah saat berbincang santai dengan wartawan, termasuk iNews.id di ruang kerjanya, Mako Yonif Raider 400/BR Srondol, Semarang, Selasa (25/7/2023).

“Kalau bicara perjalanan karier, saya dilahirkan dari keluarga nelayan. Bapak saya nelayan. Saya anak ke- 9 dari 9 bersaudara. Dari keluarga saya anak satu-satunya yang menjadi tentara. Semua kakak saya nelayan," kata Zainollah.

Baca Juga

Mutasi Kodam IV/Diponegoro, Danrem Warastratama dan Kapendam Diganti

"Sejak lulus kelas 3 SMA, saya tidak mau jadi nelayan dan pengin kerja selain nelayan. Karena melihat dari kondisi keluarga saya semuanya adalah nelayan dan alhamdulillah saya jadi tentara," ungkapnya.

Baca Juga

Mutasi Kodam IV/Diponegoro: Irdam, Asops Kasdam hingga Komandan Banteng Raider Diganti

Pria kelahiran Sampang Madura 10 Juni 1980 ini menceritakan perjalanan mulai dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) tak lepas dari perjuangan orang tuanya.

“Punya anak yang mungkin lulusan sampai dengan SMA, karena saudara saya lulusan sampai SD, Menjadi tentara tadinya bukan cita-cita saya, tapi mungkin karena jalan dan takdir saya yang memanggil saya untuk bisa jadi tentara mungkin karena motivasi saya dulu hanya satu yakni saya tidak mau menjadi nelayan karena saya pernah merasakan bagaimana tidak enaknya menjadi nelayan,” ujarnya. 

Baca Juga

Apel Dansat Kodam IV/Diponegoro, Pangdam Ingatkan Prajurit Hindari Pelanggaran dan Arogansi

“Saya pengen kerja selain nelayan dan alhamdulillah saya bisa menjadi tentara,” imbuh dia. Zainollah menghabiskan masa pendidikan dari SD hingga SMA di Sampang Madura.

Tamat dari SMA, dia langsung masuk Akademi Militer (Akmil) dan lulus pada tahun 2004. Dalam karier militernya, Zainollah pernah berdinas di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) selama 6-7 tahun, di antaranya menjabat Danton I Ki-3 Yon 13 Grup I Kopassus 2006, Pasi Pers Yon-13 tahun 2009, Danki 3 Yon 13 tahun 2010. 

Baca Juga

6 Jabatan Strategis Kodam IV/Diponegoro Beralih Tongkat Komando, Ini Daftar Lengkapnya

Kemudian dia masuk ke kodam XIII Merdeka dan Kodam VII Wirabuana,  sebelum bergabung di Kodam IV/Diponegoro. Di Kodam XIII menjadi Wadanyon Yonif Raider 712/WT Rem 131/STG Dam XIII/MDK tahun 2016. 

Setelah menempuh Seskoad, dirinya juga pernah menjabat Pabandyareops Sopdam IV/DIP tahun 2022, setelah itu baru kemudian diamanahi tugas untuk menjabat sebagai Danyonif Raider 400/ Banteng Raider dan bertugas sejak 28 April 2023. Yonif Raider merupakan pasukan pemukul Kodam IV Diponegoro.

Berbagai penugasan baik di dalam dan luar negeri juga pernah dilakoninya, seperti ditugaskan Ops Papua tahun 2009, OPS Pamtas RI-RDTL 2017. Kemudian, LATMA 2010 Singapura, LATMA KPL 2015 Malaysia dan KKLN (SESKOAD) 2019 Vietnam.

“Tidak banyak untuk tugas operasi, saya hanya di Papua, tepatnya di Atambua. Untuk tugas-tugas luar negeri paling hanya berkaitan dengan latihan,”  ujar pria yang hobi olahraga ini.

Sedangkan pengalaman menarik, selama berkarier di militer, menurutnya semuanya punya sesuatu yang berkesan. "Dan bisa menjadi pembelajaran saya, apapun itu suatu kedinasan tidak lepas dari usaha keras dimana ada kesempatan kita maksimalkan bekerja dengan hati dan berani melakukan perubahan dalam hal baik,” katanya.

“Satu lagi, harus didasari hati tulus dan ikhlas. Itu kunci agar setiap kegiatan kita berhasil tetap bersemangat. Dan kegagalan bukan segala -galanya itu bisa menjadi cambuk untuk peningkatan kapasitas saya sebagai prajurit," ujarnya.

Editor: Ahmad Antoni