Syarat Pendakian Gunung Slamet serta Pilihan Jalur yang Bisa Ditempuh

JAKARTA, iNews.id - Sejumlah pendaki biasanya mengambil momen akhir akhir tahun untuk mendaki Gunung Slamet. Namun, ada beberapa syarat dan pilihan jalur yang bisa ditempuh untuk mendaki dengan aman ke Gunung Slamet.
Gunung Slamet merupakan gunung berapi yang sudah tidak aktif atau istirahat. Gunung ini memiliki bentuk kerucut dan terletak di antara lima kabupaten, di antaranya Banyumas, Brebes, Purbalingga, Pemalang, dan Tegal.
Gunung ini termasuk gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah sehingga menjadi kawasan favorit para pendaki walau pun medan yang harus dilalui sangat sulit. Berdasarkan geografisnya, Gunung Slamet terbentuk dari lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia.
Retakan lempeng inilah yang menyebabkan terbukanya jalur larva. Gunung ini sering mengalami erupsi dan pernah meletus pada abad ke-19 dan tahun 1999. Sementara erupsi terakhir terjadi pada tahun 2009.
Gunung tertinggi kedua di Jawa Tengah ini memiliki ketinggian 3.432 meter dan termasuk jenis gunung Stratovolcano.
Adapun keindahan yang bisa disaksikan di gunung ini adalah:
Gunung Slamet banyak dipenuhi dengan awan dan kabut putih. Kondisi ini membuat pemandangan dari atas puncak memberikan sensasi seakan sedang berada di atas awan.
Apabila melalui jalur Dipajaya, pendaki juga bisa menyaksikan keindahan pantai utara Jawa dari atas ketinggian Gunung Slamet.
Tentu saja pemandangan terbaik yang bisa disaksikan adalah keindahan matahari terbit. Apalagi jika dilihat dari atas puncak yang dikelilingi oleh awan tebal.
Jalur Pendakian yang Bisa Ditempuh
Ada sekitar 12 jalur pendakian yang bisa ditempuh untuk sampai ke puncak Gunung Slamet.
Terletak di Desa Kutabawa, tepatnya di Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Jalur ini termasuk jalur standar yang paling aman dan banyak dikunjungi pendaki.
Jalur ini masih berada di sekitar Bambangan dan biasa dipakai sebagai jalur alternatif oleh para pendaki. Jalur ini harus ditempuh dengan medan yang agak sulit, tapi sangat disukai pendaki karena menyajikan berbagai pemandangan indah berupa pantai utara Jawa di bawahnya.
Medan di jalur ini sangat ringan sehingga disukai pemula. Basecamp pendakian melalui jalur ini terletak di Pulosari, Desa Clekatakan yang ada di Kabupaten Pemalang.
Melalui tempat wisata pemandian air panas ini, wisatawan juga bisa menempuh jalur mendaki ke Gunung Slamet. Trek yang harus dilalui oleh jalur ini cukup panjang tapi lebih landai sehingga aman. Meski begitu, medan yang ditemukan di sini beragam dengan pemandangan hutan tropis dan hutan pinus.
Syarat Pendakian Gunung Slamet
Secara umum, syarat pendakian di Gunung Slamet sama dengan gunung lainnya. Hanya saja tidak ada syarat khusus yang menjadi ciri khas dan mistis di gunung ini.
Dengan tinggi mencapai 3.432 meter, maka waktu yang diperlukan untuk sampai ke puncak tergolong cukup lama. Apalagi jalan yang dilalui juga agak terjal sehingga harus perlahan dan hati-hati.
Jika sudah berpengalaman, waktu mendaki diperkirakan hanya membutuhkan 8 sampai 9 jam saja. Namun untuk pemula yang belum ahli atau pendaki yang kondisinya kurang bugar, waktu tempuh pendakian Gunung Slamet bisa mencapai 12 jam atau lebih.
Untuk sampai ke basecamp Gunung Slamet dari luar kota, lebih dekat dan praktis dengan naik kereta. Nantinya menggunakan kereta tujuan Purwokerto. Apabila dari Jakarta, perkiraan tarif keretanya adalah sekitar Rp70.000.
Dari stasiun ini, langsung naik bus menuju Purbalingga dengan tarif sekitar Rp40.000. Untuk mendaki dari jalur Bambangan, maka perjalanan masih harus dilanjutkan ke Desa Bambangan menggunakan ojek. Tarif ojeknya juga terjangkau kalau bisa menawar, yakni sekitar Rp25.000-Rp30.000.
Sampai di gardu pendakian, tarif terakhir yang harus dikeluarkan adalah Rp5.000 saja. Dengan rute ini, maka perkiraan biaya seluruhnya yang perlu disiapkan untuk mendaki adalah Rp145 ribu saja.
Namun, estimasi biaya ini belum termasuk biaya rapid antigen sehingga pendaki harus menyiapkan lebih untuk transportasi dan perbekalan mendaki.
Dengan mengetahui syarat pendakian Gunung Slamet serta jalur yang bisa ditempuh, pendaki bisa memilih yang paling sesuai dengan kondisi fisik dan paling dekat dengan lokasi. Untuk pemula, sebaiknya pilih jalur standar yang lebih landai demi menjaga keselamatan selama mendaki.
Editor: Nani Suherni