Tangis Haru Sambut Mak Ribut TKW Batang yang 19 Tahun Hilang Kontak di Malaysia

BATANG, iNews.id – Tangis haru menyambut kepulangan Ribut Uripah alias Mak Ribut, tenaga kerja wanita (TKW) asal Kabupaten Batang, Jawa Tengah yang sudah 19 tahun hilang tanpa kabar di Malaysia. 

Sosok Mak Ribut sempat viral di media sosial ketika ditemukan hidup seorang diri dalam hutan di Malaysia hingga akhirnya dipulangkan ke kampung halaman di Desa Candirejo, Kecamatan Bawang.

Baca Juga

TKW Hilang 19 Tahun Ditemukan di Hutan Malaysia

Kepulangan Mak Ribut pun disambut tangis haru penuh sukacita oleh keluarga dan warga.

Begitu turun dari mobil yang menjemputnya, Mak Ribut langsung dipeluk emak-emak yang merupakan warga di desanya. Keluarga pun harus mengalah saking banyaknya warga yang menyambutnya.

Baca Juga

Jenazah Sri Erni TKW yang Meninggal di Suriah Tiba di Sukabumi, Tangis Keluarga Pecah

Kepulangan Mak Ribut didampingi oleh tokoh masyarakat setempat, Yoyok Riyo Sudibyo. Pria yang juga merupakan mantan Bupati Batang itu juga yang telah mengupayakan kepulangan Mak Ribut ke kampung halamannya.

"Alhamdulillah, saat ini Mak Ribut Uripah, telah sampai di rumah dengan selamat. Ini atas upaya dan kerja sama semuanya," kata Yoyok

Anak Mak Ribut, Istianah mengaku sangat Bahagia akhirnya bisa kembali bertemu dengan ibunya yang sudah 19 tahun hilang tanpa kabar. “Alhamdulillah, Mak sudah kembali lagi,” ucapnya.

Sebelumnya, Ribut Uripah alias Sakinah Anggraeni viral di media sosial ketika ditemukan hidup sebatang kara dengan kondisi memperihatinkan di hutan Malaysia.

Kabar tentang kondisi Ribut Uripah baru diketahui keluarga. Mereka sempat mengira bahwa Ribut telah meninggal dunia karena selama 19 tahun tidak ada kabar.

Kakak kandung Ribut, Tamat mengatakan, adiknya merantau ke Malaysia sekitar tahun 2006 lalu. “Setelah sekian lama tanpa kabar, keluarga mengira ia sudah tiada,” katanya.

Sejak keberangkatannya ke Malaysia, Uripah hanya beberapa kali mengirim kabar melalui surat. Saat berangkat, Ribut sudah punya anak dan dititipkan di keluarganya di Kendal.

Editor: Kastolani Marzuki