Warga di Semarang Gelar Tradisi Nyadran Jelang Ramadan
SEMARANG, iNews.id - Masyarakat di Kabupaten Semarang melaksanakan tradisi nyadran di tempat pemakaman umum menjelang bulan puasa. Tradisi turun temurun ini tujuannya untuk mengirimkan doa bagi para leluhur.
Tradisi antara lain dilaksanakan warga di Desa Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Ratusan warga datang ke area permakaman Cengklik atau Makam Nyai Ageng Kebo Kanigoro.
Mereka dengan khusyuk mengikuti prosesi nyadran dan memanjatkan doa untuk arwah anggota keluarga yang telah meninggal dunia agar diampuni semua dosanya oleh Tuhan.
"Nyadran ini sebagai pengingat agar mereka yang masih hidup ingat dengan yang sudah meninggal dunia. Kegiatan ini dilakukan rutin setahun dua kali, yakni setiap bulan Maulud dan Ramadan,” kata Kepala Dusun Krajan, Purwanto, Senin (21/3/2022).
Menurutnya, nyadran juga sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi warga antar dusun maupun antara daerah lain. Sebab dalam acara nyadran, warga yang jarang bertemu bisa berkumpul dalam acara tersebut.
Salah seorang warga Arief Sarifudin mengatakan, nyadran merupakan tradisi untuk mengingatkan masyarakat, bahwa semua makhluk hidup termasuk manusia tidak bisa hidup kakal di dunia. Karena itu, harus selalu meningkatkan ketaqwaan, iman dan amal kebaikan agar pada saat waktu kematian tiba, bisa meninggal dalam kondisi baik.
"Kita sebagai manusia harus selalu ingat mati, karena apapun yang hidup di dunia suatu saat akan mati. Untuk itu, kita harus mempersiapkan diri agar benar-benar siap menjalani kematian," ujarnya.
Dia mengatakan, tradisi nyadran harus dilestarikan karena termasuk budaya yang memiliki nilai positif dalam kehidupan masyarakat. "Sifat gotong-royong, menghormati leluhur merupakan bagian dari tradisi yang harus terus dilestarikan. Ini sekaligus nguri-nguri (melestarikan) budaya di Jawa Tengah," ucapnya.
Editor: Ary Wahyu Wibowo