KH Maimoen Zubair (Mbah Moen). (ist)

Pertama, yang berasal dari Kabupaten Sambas, Kalimantan dikenal sebagai guru tarekat Qadiriyah dan Naqshabandiyah, muridnya tak hanya di Makkah, namun juga di Kalimantan dan Singapura. Kedua, Syekh Ahmad Khatib dari Kabupaten Agam, Sumatera Barat, guru dari para ulama di Sumatera dan Jawa, termasuk KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) dan KH Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama).

Salim menjelaskan, para ulama bersatu dalam nasab keilmuan. Mereka juga bersatu komitmen untuk memperjuangkan Indonesia merdeka dari belenggu penjajahan.

“Karena itu, semangat keagamaan sangat sejalan dengan semangat kebangsaan. Tidak ada pertentangan antara kedua aspek perjuangan itu. Generasi sekarang harus mewarisi semangat yang sama dari para ulama,” harapnya.

Dia mengatakan, sejumlah warisan penting perlu dijaga dan dikembangkan, misalnya Syekh Nawawi Bantani yang menulis 115 kitab dalam bidang fiqh, tafsir, tauhid dan tasawuf. 

Syekh Junaid Betawi kecuali menjadi Imam Masjidil Haram, juga menjadi rujukan untuk mazhab Syafi’i. Syekh Yasin Padangi merupakan ahli sanad hadits dengan 700 jalur, sehingga diberi gelar Musnid Dunya, sekaligus pendiri Darul Ulum al-Diniyah Mekah. 

Sementara itu, KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) adalah pimpinan Ponpes Al-Anwar Sarang, Rembang yang menjadi penasihat di PBNU dan PPP.

“Sosok kecendekiaan dan kepemimpinan menyatu dalam diri para ulama. Ini yang jarang ditemui saat ini,” ujarnya.


Editor : Ahmad Antoni

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network