Tradisi Dugderan digelar setiap menjelang datangnya bulan suci Ramadan di Kota Semarang. (foto Ahmad Antoni)

3. Dugderan
Tradisi dugderan digelar dalam rangka menyambut datangnya bulan Ramadan. Tradisi dugderan ini diawali dengan pemukulan beduk yang dilanjutkan dengan dentuman meriam. Suara yang dihasilkan dari kegiatan ini menjadi dasar penamaan Dugderan.

Biasanya, setelah upacara usai diadakan pawai keliling kota mengenakan pakaian adat. Dalam tradisi Dugderan ada festival tradisional Semarang seperti warak ngendok.

4. Magengan
Tradisi lainnya adalah Magengan, yang digelar dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Magengan tercatat sebagai salah satu tradisi yang dibawa oleh Sunan Kalijaga, penyebar Islam di tanah Jawa.

Ada sedikit perbedaan dengan Dugderan, pada upacara Magengan warga harus melakukan bersih diri. Tak hanya sebatas raga, melainkan juga jiwa demi menjaga kesucian bulan Ramadan. Puncak tradisi ini ditutup dengan makan bersama sebagai rasa syukur dipertemukan kembali dengan bulan Ramadan.

5. Popokan
Tradisi Popokan juga masih dilestarikan warga Semarang. Tradisi melempar lumpur ini biasanya digelar pada Jumat Kliwon di bulan Agustus. Konon, tradisi ini dulunya berawal dari kisah seekor macan yang mendatangi daerah beringin.

Karena menganggu dan mengancam keselamatan warga, macan tersebut diusir menggunakan lumpur. Kini, tradisi Popokan dilakukan untuk menolak bala agar terhindar dari kejahatan dan hal buruk lainnya.

Itulah 5 tradisi Kota Semarang yang hingga kini masih tetap dilestarikan oleh masyarakat. Semoga ulasan tradisi Kota Semarang ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan terkait adat dan budaya Nusantara.


Editor : Ahmad Antoni

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network