SOLO, iNews.id – Wakil Ketua Komisi VI DPR Aria Bima menyatakan pemerintah telah berusaha menerapkan berbagai skenario guna menstabilkan harga minyak goreng. Skenario di antaranya menggunakan iuran sawit, hingga kewajiban pasok domestik atau domestic market obligation (DMO).
“Kami tetap menjaga agar inflasi jangan sampai turun. Sektor yang mengagetkan minyak goreng yang Rp11.000 bisa sampai Rp20.000,” kata Aria Bima usai acara sosialisasi peran CSR BUMN di masa pandemi di Solo, Rabu (22/12/2021).
Dikatakannya, skenario yang dilakukan adalah dengan menggunakan iuran sawit. Selain itu juga kewajiban pasok domestik atau domestic market obligation (DMO).
"Tapi DMO katanya akan mengubah struktur harga kalau sampai DMO yang 20 pesen kebutuhan nasional. Maka kita akan lanjutkan dulu besok pembahasan persoalan minyak goreng," katanya.
Politisi senior PDIP ini menyebut, meskipun hanya harga minyak goreng yang mengalami kenaikan tetapi sangat mempengaruhi tingkat inflasi. Untuk itu, pemerintah berupaya untuk menekan inflasi, terutama saat Natal dan Tahun Baru 2022 (Nataru).
Penyebab naiknya harga minyak goreng karena harga sawit di pasar dunia yang tinggi, sehingga ada kecenderungan produsen CPO melakukan ekspor. Untuk itu perlu diberlakukan kebijakan DMO.
Selain minyak goreng, harga kebutuhan pokok lainnya menjelang Nataru cenderung stabil. Bahkan untuk harga telur saat ini sudah membaik, yakni sebesar Rp 22.000 per kilogram.
"Saya kira karena antusias konsumen juga belum begitu tinggi. Pembatasan mobilitas PNS, TNI, BUMN yang tidak boleh keluar kota saat libut Nataru juga menyebabkan lonjakan konsumsi tidak begitu tinggi saat ini,” ucapnya.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait