SEMARANG, iNews.id – Pelaku seni di Kota Semarang mulai bangkit. Sejumlah pementasan kesenian tradisional pun mulai digelar lagi, setelah sebelumnya terpuruk akibat pandemi Covid-19.
Hal itu dibuktikan dengan pertunjukkan kesenian tari yang digelar di salah satu hotel di Kota Semarang. Pertunjukkan ini tentu menjadi ruang ekspresi para seniman bangkit setelah terpuruk akibat pandemi.
Pertunjukkan seni tari mengusung tema Pentas Tari Tradisional & Tari Semarangan ini diharapkan bisa mempertahankan kelestarian kesenian tradisional.
Sebelum pementasan seni tari, acara diawali dengan dialog Laras Budaya bersama DPRD Jateng dengan narasumber anggota Komisi C DPRD Jateng RR Maria Tri Mangesti SE, Pamong Budaya Ahli Disdikbud Jateng Budi Santosa dan Seniman Semarang Sasmitaning Wulan Kani Raras. Dialog dipandu oleh Dendy Ganda dari Trijaya FM Semarang.
Plt Kadisbudpar Kota Semarang Sapto Adi Sugihartono mengatakan kegiatan ini dapat menjadi bagian menggeliatkan kembali dunia seni tradisional di Kota Semarang.
“Kami meyakini diperlukan banyak ruang untuk terus menghidupkan seni tradisional baik untuk mengenalkan, mempesonakan hingga menumbuhkan semangat generasi penerus untuk mencintai tradisi,” katanya, Selasa (1/3/2022).
Menurutnya, tari Semarangan merupakan kebudayaan seni tari yang biasa diperagakan oleh dua pasang putri. Tari Gambang Semarang menggambarkan ekspresi gembira empat orang penari di suatu malam saat mereka berkumpul, berdendang dan menari bersama.
Menurut data Kemendikbud dan Kemenparekraf, terdapat 226.586 seniman dan pekerja kreatif yang terdampak pandemi Covid-19 di seluruh Indonesia. Data Koalisi Seni Indonesia mengungkapkan terdapat 204 acara seni besar yang melibatkan banyak pelaku dan penikmat seni yang ditunda atau dibatalkan selama pandemi.
Sementara, anggota Komisi C DPRD Jateng RR Maria Tri Mangesti mengatakan ada banyak sekali kebudayaan di berbagai daerah, Tidak sedikit di antaranya sudah hampir hilang karena tergerus zaman.
“Kami mengajak para seniman dan masyarakat bersama-sama mulai berupaya melestarikan kembali budaya-budaya yang hampir hilang ini, sehingga kesenian daerah tidak dibajak atau ciptaannya dibranding oleh negara lain,” katanya.
Menurut Pamong Budaya Ahli Disdikbud Jateng Budi Santosa, kesenian tradisional saat ini memang menghadapi tantangan yang cukup berat, termasuk seni tari. Selain karena gempuran modernisasi, kesenian ini juga mati suri akibat dampak dari pandemi Covid-19.
Selama dua tahun ini, kata dia, kegiatan pentas seni memang terhenti, bahkan kalau ada pertunjukkan pun dibatasi, sehinga para seniman nyaris kehilangan pendapatan.’
“Oleh karena itu, kami bersama anggota dewan tahun lalu telah memberikan ruang gerak dengan menggelar sebanyak 152 kegiatan kesenian di beberapa daerah mulai dari Rembang hingga Cilacap,” ujarnya.
Pada 2022 ini, kata dia, kegiatan seni dan budaya akan ditingkatkan lagi dengan menggelar sebanyak 160 kegiatan kesenian se-Jawa Tengah yang melibatkan 4-5 Sanggar Kesenian setiap pementasan.
Seniman Semarang Sasmitaning Wulan Kani Raras mengatakan kesenian tari memang masih banyak penggemarnya di kalangan anak muda, sehingga inovasi-inovasi baru harus mampu terus diciptakan agar penonton tidak cepat jenuh, tentu menyesuaikan kondisi jaman saat ini.
“Sejak pendemi terjadi dua tahun lalu hingga saat ini pertunjukkan kesenian tradisional terhenti total, namun, kami tetap berkreasi dengan memafaakan untuk menciptakan tari-tari kreasi baru,” ujar Raras.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait