SEMARANG, iNews.id - Pesawat komersial Citylink rute Semarang-Surabaya mendeteksi sinyal darurat beberapa saat setelah lepas landas dari Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, Rabu (18/7/2018) siang. Meski demikian, belum diketahui pasti sumber sinyal emergency yang diperkirakan berasal dari daerah Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.
Kepala Kantor SAR Semarang, Noer Isrodin menyatakan, pihaknya tidak mengetahui sumber sinyal tersebut. Dia pun menegaskan, sampai detik ini tidak ada situasi darurat yang dilaporkan. “Jadi itu hanya sinyal deteksi yang kami tidak tahu, kadang ada yang nangkap ada yang tidak. Sinyal distress (darurat) itu kan melalui radio, radio itu ada di pesawat atau kapal. Tapi sampai saat ini tidak ada kapal maupun pesawat yang diinfokan mengawali situasi darurat," katanya, Rabu (18/7/2018).
Dia menjelaskan, sumber sinyal distress tak hanya berasal dari pesawat dan kapal tetapi juga perorangan melalui alat Personal Location Beacon (PLB). Sinyal tersebut biasanya akan terdeteksi oleh perangkat lain melalui frekuensi 121.5 MHz, jika moda transportasi pesawat atau kapal, serta perorangan pemegang PLB dalam kondisi darurat.
"Bisa jadi ada tiga jenis (sumber sinyal distress). Yang pertama itu dari kapal, tapi ini (Purwodadi bukan wilayah laut) di darat, jadi enggak mungkin. Kedua pesawat, tapi sampai saat ini tidak ada pesawat sipil yang dilaporkan hilang kontak. Dan ketiga adalah perorangan melalui PLB. Misalnya jika sedang melakukan survei di hutan, jika situasi darurat bisa terdeteksi. Semua terkoneksi dengan Basarnas. Kami bisa memantau di frekuensi 406 MHz. Kami juga pantau terus di 121.5 MHz,” katanya.
Noer Isrodin mengakui, pihaknya awalnya mendapat informasi tentang sinyal emergency itu dari AirNav yang mendapat laporan dari pesawat Citilink. Tak berselang lama, kabar tersebut beredar luas di media sosial hingga menimbulkan kecemasan masyarakat.
"Dia (sinyal emergency) sudah lewat, karena di ketinggian 10.000 feet sudah tidak terdeteksi lagi sinyal distress itu. Saya awalnya dapat informasi dari AirNav, hanya saja kan di medsos langsung ramai, gaduh, karena kekurangpahaman sehingga menimbulkan kecemasan," ujarnya.
Editor : Himas Puspito Putra
Artikel Terkait