Kemudian, ketiga untuk meneladani karakter kepemimpinan Jenderal Sudirman pada masa perang Kemerdekaan Indonesia. Jenderal Sudirman dinilai memilih berjuang dan bersatu bersama rakyat dalam perjuangan gerilya, yakni rela berkorban dan melayani.
Hal ini disimbolkan dalam kegiatan Pekan Juang 45 Keluarga Manggala melalui kegiatan family gathering dimana para perwira Batalyon 22 ikut memasak bersama dan kemudian dibagikan kepada para anggota yang dipimpinnya.
"Kami dalam kegiatan Pekan Juang 45 Batalyon 22 Manggala Yudha, juga sekaligus meresmikan Mushola yang merupakan karya warga Batalyon-22 dan kebun batalyon Sindang Tentrem sebagai simbol untuk mendukung ketahanan pangan," katanya.
Menurutnya, Batalyon 22 sebagai bagian dari korps baret merah pasukan elite Kopassus yang berkedudukan di Sukoharjo, Kandang Menjangan merupakan satuan elite militer TNI AD yang telah berperan di berbagai pertempuran dan penugasan di Tanah Air maupun di luar negeri.
"Kami sebagai satuan pasukan khusus merupakan batalyon yang membawahi detasemen-detasemen yang bidang tugasnya menyelesaikan tugas-tugas strategis yang diamanatkan negara sebagai pasukan pertama maupun yang terakhir di medan pertempuran. Masing-masing anggota telah menyelesaikan pendidikan khususnya sesuai spesialisasi dalam militer," katanya.
Cucu pahlawan nasional Mayjen D.I. Pandjaitan ini mengungkapkan, tentang nilai-nilai yang dianutnya dalam melaksanakan tugas sebagai prajurit harus konsekuen, bersikap kesatria, menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab dan mengakui bila ada kesalahan.
Hal tersebut dinilai tak kalah penting memiliki visi yang jelas yakni menyiapkan operasional pasukan sehingga dapat bertugas dengan baik menjadi tentara yang profesional, membangun kontribusi kolektif, membangun kebersamaan, dan mempersiapkan prajurit untuk menjadi pemimpin masa depan.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait