Gubernur Ganjar Pranow dan istri saat bernostalgia menyusuri jalanan kampung masa kecilnya di Tawangmangu, Senin (2/5/2022) malam. (IST)

"Pada suatu saat saya ditanya sama Bu Mega, 'Di Tawangmangu itu tempat lahirmu ya, dulu ada jeruk keprok.' Iya, Bu. Sekarang mulai tumbuh lagi, mulai hidup lagi. Saya dulu pernah kirim beberapa untuk beliau lihat," kata Ganjar sembari mengulang dialognya dengan Megawati tentang jeruk keprok Tawangmangu.

Cerita jeruk keprok itu hanya sebagian kecil dari kenangan Ganjar Pranowo tentang kampung halamannya di Tawangmangu. Cerita lain yang ia tuturkan saat bernostalgia itu tentunya tentang rumah masa kecilnya. Di mana rumah kontrakan ukuran kecil dan sederhana itu ditinggali oleh delapan orang.

"Dulu, rumah kontrakan itu dihuni kurang lebih delapan orang. Saya sama kakak-kakak, Bapak-Ibu, lalu sepupu. Dulu rumahnya tidak sebesar ini. Dulu rumah induk hanya di sini, belum sampai sana. Rumahnya penuh. Dapurnya dulu belum pakai kompor, masih pakai kayu. Di sini dulu dinginnya minta ampun," katanya tentang rumah kontrakan yang dihuni sampai tahun 1973 itu.

Begitu masa kontrak rumah habis, lanjut Ganjar, ia bersama keluarga pindah. Ayah Ganjar membeli sebuah rumah yang tidak jauh dari rumah kontrakan itu, sekitar 100 meter. Ganjar tinggal di Tawangmangu sampai kelas 5 SD sebelum pindah ke Karanganyar dan berlanjut ke Kutoarjo, Purworejo.

"Jadi kata ibu saya, saya lahirnya di rumah ini. Saya ingat ini pintunya di sini, tentu bentuknya tidak seperti ini, sudah diubah. Lalu di depan sini ada tangga ke bawah sehingga kalau orang mau masuk lewat sini. Itu yang saya ingat. Dulu kontrak, begitu kita sudah tua, sudah dewasa, berembug dengan keluarga untuk membeli rumah ini. Ari-ari saya di sini," ujarnya.

Ganjar menyebut rumah masa kecilnya itu sebagai bagian dari proses perjalanan hidup. Ia bahkan mengingat bagaimana dari depan rumahnya itu dapat melihat pemandangan bukit Mogol. Di sana juga Ganjar belajar hidup mandiri dan memahami bagaimana kebutuhan pokok bisa diambil dari kebun sendiri.

"Dari kecil diajari masak dan cuci piring. Itu berguna karena ketika sudah dewasa bisa mandiri. Lalu dari kebun itu hampir semua kebutuhan sehari-hari ambil di situ, bahkan orang datang membeli hasil panen atau sekadar berbagi hasil panen dengan tetangga," katanya.


Editor : Ahmad Antoni

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network