Kementerian Kesehatan juga telah memeriksa sampel Covid 19 di wilayah itu untuk dideteksi apakah penularan di wilayah itu akibat mutasi baru.
KSP tetap melakukan monitoring atas perkembangan pandemi Covid di seluruh daerah pascalibur Lebaran, juga maraknya kerumunan di kawasan wisata. Termasuk juga munculnya kerumunan di banyak hajatan. Dari hasil monitoring ditemukan fenomena bagaimana masyarakat tidak cukup disiplin menjaga protokol kesehatan.
"Sekali lagi, kita harus belajar apa yang terjadi di Kudus untuk tetap disiplin menjaga protokol kesehatan. Apa yang terjadi di Kudus bisa terjadi di banyak tempat di Indonesia jika masyarakat tidak disiplin menjaga protokol kesehatan, tetap 3 T dan 3 M," kata Moeldoko.
Moeldoko juga mengingatkan, upaya mengendalikan Covid hanya akan berhasil jika pemerintah pusat, daerah, media dan masyarakat bersama-sama menjaga disiplin protokol kesehatan, dan menghindari kerumunan. “Semaksimal mungkin dilakukan massif di wilayah yang dikenal zona merah seperti Kudus,” kata Moeldoko.
Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mengalami lonjakan kasus aktif virus corona lebih dari 30 kali lipat dalam sepekan. Penyebab naiknya kasus ini kerumunan pada aktivitas ziarah kubur dan tradisi 'kupatan' yang berlangsung tujuh hari pascalebaran.
Fakta itu didapatkan setelah dirinya bersama Ketua Satgas Covid-19, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan TNI-Polri mengunjungi Kudus untuk melihat situasi terkini di sana.
"Dari kunjungan tersebut didapatkan keadaan ini terjadi sebagai dampak dari adanya kegiatan wisata religi berupa ziarah serta tradisi kupatan yang dilakukan oleh warga Kudus tujuh hari pasca-Lebaran. Hal ini memicu kerumunan dan meningkatkan penularan di tengah masyarakat," kata Wiku.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait