Selanjutnya, pembangunan Waduk Gajah Mungkur ini dimulai dari tahun 1976 dengan tahun 1981 berlokasi 7 km arah selatan Kota Wonogiri yang bertepatan di bagian hilir pertemuan antara Kali Keduang. Luas daerah genangannya lebih dari 8.800 ha dan luas daerah yang dibebaskan 90 km2 yang terdiri dari 51 desa di 7 Kecamatan.
Dikutip dari tic Wonogiri, pada saat pembebasan waduk ini harus mengorbankan sekitar 12.525 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari + 68.750 jiwa yang secara sukarela melakukan Program Bedol Desa dengan bertransmigrasi ke berbagai daerah antara lain
Sitiung (Provinsi Sumatera Barat)
Jujuhan, Rimbo Bujang, Alai Ilir, Pemenang (Provinsi Jambi)
Air Lais, Sebelat, Ketahun, Ipuh (Provinsi Bengkulu)
Panggang, Baturaja (Provinsi Sumatera Selatan)
Waduk yang dibangun dari tahun 1976 dan telah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 17 November 1981. Adanya pembangunan waduk ini bisa menghabiskan biaya sebesar US$ 111,056 juta atau sekitar Rp 69,5 miliar saat itu.
Waduk Alami Sedimentasi
Waduk Gajah Mungkur ini memiliki luas 88 km2 ini mampu menampung debit air hingga 750 juta meter kubik. Dengan ukuran dan daya tampung tersebut, Waduk Gajah Mungkur menjadi waduk terbesar di Jawa Tengah dan salah satu yang terbesar di Indonesia.
Secara teknis, konstruksi Waduk Gajah Mungkur direncanakan mampu bertahan selama 100 tahun.
Namun, adanya sedimentasi menyebabkan umur waduk ini diperkirakan tidak akan mencapai 100 tahun.
Sedimentasi yang terjadi di Waduk Gajah Mungkur ini disebabkan oleh parahnya kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo.
Sebelumnya pernah dilakukan penghijauan di sekitar waduk dengan menggunakan pinjaman dari Bank Dunia, tetapi sedimentasi tetap terjadi, karena perubahan fungsi lahan pada bagian hulu Bengawan Solo.
Editor : Ahmad Antoni
waduk gajah mungkur sejarah makam kuno Kabupaten Wonogiri musim kemarau destinasi wisata alam sedimentasi jawa tengah
Artikel Terkait