JAKARTA, iNews.id – Waduk Gajah Mungkur (WGM) menjadi salah satu destinasi wisata alam yang sangat menenangkan sekaligus menyenangkan untuk dikunjungi. Lokasi waduk ini berada di Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Waduk Gajah Mungkur masih menjadi tujuan utama wisata masyarakat Wonogiri dan sekitarnya karena keindahan yang disuguhkan dari waduk ini.
Bahkan, saat ini tempat wisata andalan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri dalam menghimpun pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata tersebut sedang dilakukan revitalisasi.
Selain keindahannya, ternyata ada sejarah dan fakta menarik di dalamnya. Penasaran? Mari simak ulasan lengkapnya.
Sejarah Waduk Gajah Mungkur
Dilansir dari ejournal unesa berjudul pembangunan Waduk Gajah Mungkur 1976-1986, sebelumnya pembangunan Waduk ini sudah direncanakan sejak tahun 1964 sebagai salah satu proyek waduk serbaguna yang bertujuan untuk mengendalikan adanya bencana banjir, penyediaan air irigasi dan PLTA di lembah Sungai Bengawan Solo.
Master plan dari pembangunannya dirumuskan pada tahun 1972-1974 dengan bantuan dari Overseas Technical Cooperation of Japan yaitu konsultan dari Nippon Koei Co, Ltd.
Selanjutnya, pembangunan Waduk Gajah Mungkur ini dimulai dari tahun 1976 dengan tahun 1981 berlokasi 7 km arah selatan Kota Wonogiri yang bertepatan di bagian hilir pertemuan antara Kali Keduang. Luas daerah genangannya lebih dari 8.800 ha dan luas daerah yang dibebaskan 90 km2 yang terdiri dari 51 desa di 7 Kecamatan.
Dikutip dari tic Wonogiri, pada saat pembebasan waduk ini harus mengorbankan sekitar 12.525 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari + 68.750 jiwa yang secara sukarela melakukan Program Bedol Desa dengan bertransmigrasi ke berbagai daerah antara lain
Sitiung (Provinsi Sumatera Barat)
Jujuhan, Rimbo Bujang, Alai Ilir, Pemenang (Provinsi Jambi)
Air Lais, Sebelat, Ketahun, Ipuh (Provinsi Bengkulu)
Panggang, Baturaja (Provinsi Sumatera Selatan)
Waduk yang dibangun dari tahun 1976 dan telah diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 17 November 1981. Adanya pembangunan waduk ini bisa menghabiskan biaya sebesar US$ 111,056 juta atau sekitar Rp 69,5 miliar saat itu.
Waduk Alami Sedimentasi
Waduk Gajah Mungkur ini memiliki luas 88 km2 ini mampu menampung debit air hingga 750 juta meter kubik. Dengan ukuran dan daya tampung tersebut, Waduk Gajah Mungkur menjadi waduk terbesar di Jawa Tengah dan salah satu yang terbesar di Indonesia.
Secara teknis, konstruksi Waduk Gajah Mungkur direncanakan mampu bertahan selama 100 tahun.
Namun, adanya sedimentasi menyebabkan umur waduk ini diperkirakan tidak akan mencapai 100 tahun.
Sedimentasi yang terjadi di Waduk Gajah Mungkur ini disebabkan oleh parahnya kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo.
Sebelumnya pernah dilakukan penghijauan di sekitar waduk dengan menggunakan pinjaman dari Bank Dunia, tetapi sedimentasi tetap terjadi, karena perubahan fungsi lahan pada bagian hulu Bengawan Solo.
Kemunculan Makam-Makam Kuno
Ketika musim kemarau panjang tiba, akan memunculkan pemandangan yang menakjubkan di tengah-tengah Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah.
Pemandangan tersebut berupa kemunculan makam-makam kuno yang naik ke permukaan, karena air waduk mengalami penyusutan dan hal tersebut akan berlangsung antara bulan Juli hingga September.
Kumpulan batu-batu nisan yang berbentuk persegi panjang dan dibuat bertumpuk dengan ukuran yang berbeda-beda. Disekitar makam juga ditemukan sisa-sisa bangunan warga dan puing batu bata
Komplek makam kuno di waduk ini akan kembali tenggelam ketika musim hujan tiba. Meskipun dianggap “kuno”, makam-makam ini tersebar di beberapa kecamatan seperti Eromoko, Wuryantoro, Baturetno, hingga Nguntoronadi itu, sebetulnya ada sejak tahun 1970-an.
Itulah penjelasan mengenai Waduk Gajah Mungkur beserta sejarah dan kemunculan makam kuno setiap musim kemarau.
Editor : Ahmad Antoni
waduk gajah mungkur sejarah makam kuno Kabupaten Wonogiri musim kemarau destinasi wisata alam sedimentasi jawa tengah
Artikel Terkait