“Wayangnya pertama itu karton, belinya di Sukoharjo,” ucap Gabriel Sananta Putra.
Keinginan mendalang Gabi bukan tanpa kendala. Sang ayah yang berprofesi sebagai tukang rosok, mengalami kesulitan untuk menyalurkan minat dan bakat anaknya. Sebab biaya untuk sekolah dalang di sanggar cukup mahal.
Bahkan Gabi dipandang sebelah mata dan beberapa kali mengalami perundungan karena keterbatasan ekonomi yang memaksa berpindah-pindah sanggar. Untungnya, masih ada orang baik yang mau membantu dan berbagi ilmu dengan anaknya, sehingga kemampuan mendalang anaknya meningkat.
Gabriel Sananta Putra tinggal di rumah sangat sederhana bersama orang tua dan adiknya. Pandemi Covid-19 membuat pekerjaan sang ayah menjadi tukang rosok terkendala. Sebab banyak kampung yang ditutup atau lockdown.
Untuk mencukupi kebutuhan, ayahnya kini membuka warung nasi bungkus atau angkringan di dekat rumah. Jika ayahnya berkeliling mencari rosok, Gabi dan adiknya yang menggantikan berjualan.
Sedangkan ibunya mengurus rumah, Meskipun menjalani kondisi hidup yang tidak mudah, Gabi optimis dengan ketekunan dan kesabaran mampu meraih cita-cita menjadi dalang profesional.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait