"Soalnya kalau belum Rp25 juta, saya belum bisa dapat kursi gitu. Terus saya nabung terus, saya kejar agar saya bisa dapat dua kursi bersama istri," ucapnya.
Tekad Harto untuk tetap pergi menunaikan ibadah haji sudah bulat. Meski tahun ini dirinya tidak bisa berangkat haji, Harto mengaku bisa menerima dengan ikhlas lahir dan batin.
Meskipun segala persiapan, termasuk ikut manasik, dan olah raga fisik di stadion Manahan, Solo selaku dilakukan. Karena keiklasan itu, Harto mengaku tidak akan mengambil uang haji yang sudah disetorkan. Dia ternyata masih ada sisa uang di tabungan sebesar Rp7 juta.
"Saya ikhlas lahir dan batin tidak jadi berangkat tahun ini. Dan saya tidak akan mengambil uang saya ditabungan. Saya Alhamdulillah masih ada sisa kelebihan tabungan itu sebesar Rp7 juta. Jadi itu yang saya pakai untuk biaya hidup," katanya.
Diakui oleh Harto, sempat ada rasa minder pada dirinya. Pasalnya, di kelompok Amal Syuhadaq, hanya dia yang tukang parkir. Kebanyakan dikelompok pengajiannya itu rata-rata berprofesi sebagai pedagang dan saudagar.
"Tapi semangat istri saya itulah mendorong semangat saya. "Awak dewe ora duwe sangu Yo Ben. Niate ibadah, pengen selamat dunia akhirat (kita tidak punya uang ya tidak apa-apa. Niat ibadah, Ingin selamat dunia akhirat)," ucap Harto mengulang semangat yang selalu diberikan sang istri pada dirinya.
Apalagi dirinya teringat akan anak keduanya yang meninggal dunia usai di wisuda. Karena itulah dirinya ingin sekali mendoakan almarhum putranya dari tanah suci.
"Saya punya anak dua. Yang kecil meninggal karena kecelakaan usai diwisuda tahun 2006. Sedangkan yang satu sudah menikah, cucu saya dua," katanya.
Harto menceritakan, meskipun masa penantian selama 9 tahun (sejak awal mendaftar di tahun 2011), tertunda karena Pandemi Corona, dirinya tidak pernah mimpi berangkat ke tanah suci. Meskipun satu kali dirinya pernah bermimpi dibangunkan dari tidurnya oleh sosok orang tua.
"Kalau sampai terbawa mimpi untuk segera berangkat, tidak pernah. Tapi saya pernah bermimpi seperti dibangunkan sama sosok laki-laki tua. Laki-laki tua itu ngomongnya gini 'leh tangio, siap-siap' terus saja jawab 'inggih mbah kulo nyuwun pengestunipun'' dan terbangun dari tidur," ujarnya.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait