SEMARANG, iNews.id - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengalokasikan anggaran insentif pengajar keagamaan sebesar Rp253,7 miliar. Anggaran itu akan dibagikan kepada 211.455 guru madrasah diniyah (madin), pondok pesantren, TPQ, sekolah minggu (Katolik/Kristen), Vijjalaya (Budha) dan Pasraman (Hindu).
Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Jateng Imam Maskur mengatakan, alokasi anggaran ini meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp205,36 miliar. Adapun insentif yang diterima sebesar Rp1,2 juta per tahun, dengan pencairan bertahap setiap tiga bulan sekali.
"Tahun 2019, penerima insentif sebanyak 171.131 guru. Tahun ini ada peningkatan menjadi 211.455 penerima," kata Imam dikutip dari situs resmi Humas Pemprov Jateng, Jumat (6/3/2020).
Imam menjelaskan jika tahun 2019 penerima bantuan hanya pendidik dari agama Islam, maka pada 2020 ini guru agama non-Islam juga mendapatkan.
Rinciannya, Islam 206.302 guru (22.924 lembaga), Kristen 4.057 guru (1.661 lembaga), Katolik 434 (76 lembaga), Budha 498 guru (40 lembaga) dan Hindu 164 guru (61 lembaga). Dia menuturkan syarat penerima bantuan antara lain berasal dari lembaga pendidikan keagamaan nonformal yang terdaftar pada Kantor Kementerian Agama kabupaten dan kota setempat.
Mereka juga diusulkan oleh lembaga pendidikan kegamaan nonformal kepada Kantor Kemenag setempat, memiliki surat mengajar, memiliki rekening bank aktif atas nama penerima bantuan insentif dan berdomisili di Jateng.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen mengatakan, pemberian insentif ini sebagai bentuk menunaian janji kampanye dirinya dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, pada pilkada 2018 lalu. Saat itu, Ganjar–Yasin berjanji membangun pendidikan keagamaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) pondok pesantren.
"Janji ini langsung kami tunaikan, agar pembangunan mental dan spiritual anak-anak kita lebih baik. Mentalnya baik, tidak mudah terpapar hoax. Bisa juga menjadi modal untuk membuka usaha," kata Taj Yasin.
Dia berharap insentif ini dapat membantu mengurangi beban masyarakat, khususnya guru agama, sehingga dapat menurunkan angka kemiskinan di Jateng.
"Kalau soal jumlah, harapan kami tiap tahun bisa bertambah nominalnya untuk per orangnya. Dengan mereka sejahtera, upaya pengentasan kemiskinan di Jateng juga terlaksana. Apalagi, selama Maret 2019–September 2019 jumlah orang miskin di Jawa Tengah telah berkurang 63.830 ribu orang atau 0,22 persen," katanya.
Pria yang akrab disapa Gus Yasin ini berharap, masyarakat dapat menjadi mata dan telinga bagi Pemprov Jateng. Khususnya di dalam mengawasi pelaksanaan program dan kegiatan pengentasan kemiskinan agar semakin tepat sasaran.
"Saya berharap, di akhir masa jabatan kami, angka kemiskinan dapat ditekan di bawah dua digit. Tiada gading yang tak retak, saya menyadari masih banyak kekurangan di dalam upaya pengentasan kemiskinan di Jateng. Untuk itu, partisipasi publik menjadi sangat penting," ucapnya.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait