“Sedangkan minyak goreng kemasan sederhana tidak ada dan minyak goreng kemasan premium hanya sedikit," kata Retno Wulandari.
Sementara di supermarket, pasokan minyak goreng kemasan setiap harinya tetap ada meskipun ketersediaannya pada jam-jam tertentu.
Menurut dia, hal itu disebabkan ketika pasokan minyak goreng kemasan dipajang pada rak displai, dalam waktu yang tidak lama akan langsung habis dibeli warga meskipun pembeliannya dibatasi maksimal 2 liter per konsumen.
Disinggung mengenai kemungkinan adanya fasilitasi bagi pelaku UMKM agar bisa membeli minyak goreng sesuai kebutuhan, dia mengakui hingga saat ini belum ada program minyak goreng untuk pelaku UMKM.
"Memang pelaku UMKM kalau hanya mendapatkan minyak goreng sebanyak 2 liter tidak bisa mencukupi kebutuhan, namun kami juga belum ada program untuk UMKM. Kami juga belum bisa menggelar pasar murah atau operasi pasar minyak goreng karena memang tidak ada anggaran," kata Retno.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait