Misalnya dari asupan gizi yang baik, pemenuhan kesejahteraan kesehatan yang lain dan juga menjaga agar anak tidak mendapatkan toxic stress. “Karena itu, perlindungan dan perhatian akan menjadi imun yang kuat bagi anak- anak,” katanya.
Sementara, pengamat pendidikan Universitas Universitas PGRI Semarang (Upgris), Ngasbun Egar memandang permasalahan ini dari sudat pandang Sosiologi Pendidikan
Dia mengatakan, kekhawatiran masyarakat terkait nasib sekolah anak- anak di masa pandemi ini akhirnya membuat beberapa lapis masyarakat mendadak mempunyai sikap untung rugi terhadap pendidikan jarak jauh selama ini dilakukan.
Dari perspektif Sosiologi Pendidikan, adanya sikap dan pandangan “untung-rugi” menjadikan sebagian anggota masyarakat melihat proses pendidikan --pada masa pandemi Covid-19, ketika akan-anak harus belajar di rumah-- sebagai sesuatu yang merugikan.
Menurutnya, itu hal yang wajar jika pandangan tersebut tidak sekedar berorientasi ekonomi, karena anak- anak tidak mendapatkan hak pendidikannya secara optimal. Maka ini sebagai pertanda orang tua harus memberikan perhatian yang lebih baik terhadap pendidikan anaknya.
Di lain pihak, oraginisasi profesi guru seperti PGRI, IGTKI, Himpaudi dan lainnya, juga perlu meningkatkan perannya, antara lain dengan memberikan pendamping, pelatihan kepada para guru untuk meningkatkan kompetensi dan terus berkreasi/ berinovasi.
Khususnya dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif, mudah, menarik bagi anak, tidak membebani orang tua guna mengantarkan anak pada tujuan pendidikannya.
“Semangat dan motivasi mendidik para guru harus terus tumbuh, jangan kendor dan mampu menjadi inspirasi bagi anak-anak dan orang tua dalam melayani hak pendidikan anak di masa pandemic,” katanya.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait