Curah hujan tinggi masih terjadi di sejumlah wilayah Indonesia (Foto: Ilustrasi/Ist)

Faktor kedua yaitu aktifnya fenomena median julian oscillation (MJO), gelombang rossby ekuatorial dan juga gelombang kelvin di wilayah Indonesia. 

Sementara itu, MJO, gelombang rossby ekuatorial dan juga gelombang kelvin adalah fenomena dinamika atmosfer yang mengindikasikan adanya potensi pertumbuhan hujan dalam skala yang luas di sekitar wilayah aktif yang dilewatinya.

“Fenomena MJO dan gelombang kelvin bergerak dari arah Samudra Hindia ke arah Samudra Pasifik melewati wilayah Indonesia dengan siklus bulanan MJO dan siklus mingguan pada gelombang kelvin,” ujar Dea.

Sebaliknya, Dea mengungkapkan fenomena gelombang rossby ekuatorial bergerak dari arah Samudra Pasifik ke arah Samudra Hindia dengan melewati wilayah Indonesia yang mempunyai siklus mingguan. 

“Sama halnya seperti MJ maupun kelvin, ketika gelombang rossby ekuatorial aktif di wilayah Indonesia, maka akan berkontribusi pada peningkatan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia,” ujarnya.

Faktor ketiga, kata dia, yaitu terbentuknya pola-pola pusaran angin di perairan barat Sumatera dan di wilayah sekitar Kalimantan yang membentuk daerah belokan atau daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin yang disebut dengan konvergensi.

“Gangguan atmosfer ini akan membantu proses pengangkatan uap-uap air sebagai sumber pembentukan awan. Sehingga daerah di sekitar lokasi gangguan atmosfer tersebut akan memiliki potensi pertumbuhan awan hujan yang cukup besar,” ujarnya. 


Editor : Ahmad Antoni

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network