Sementara itu, Yayasan Dharma Bakti Lestari yang diketuai Prof. Dr. Ratno Lukito membeberkan perjuangan Ratu Kalinyamat sehingga layak mendapat gelar pahlawan nasional, di antaranya:
1. Berjuang Melawan Kolonialisme Portugis
Ratu Kalinyamat melakukan perjuangan melawan kolonialisme Portugis di Malaka dan Maluku sebanyak empat kali. Pertama tahun 1551, Ratu Kalinyamat bersama Johor mengirim pasukan ke Malaka. Selanjutnya tahun 1564–1565 membela dan mengirim pasukan ke Hitu. Ketiga tahun 1568 mengirim pasukan ke Malaka, dan terakhir tahun 1574 mengirim pasukan ke Malaka.
2. Mendirikan Masjid Mantingan dan Melahirkan Kerajinan Ukir
Sebagai putri dari Sultan Trenggana, Ratu Kalinyamat dipercaya mendidik Pangeran Arya, putra Sultan Hasanudin dari Banten. Pada 1579, ketika Ratu Kalinyamat meninggal dunia, Pangeran Arya yang bergelar Pangeran Jepara menjadi penguasa Jepara menggantikan Ratu Kalinyamat.
Ratu Kalinyamat, dapat memberikan keteladanan dalam segala aspek. Dari sisi agama, selain berguru pada Sunan Kudus, dia mendirikan masjid Mantingan tahun 1559 yang ditandai adanya candra sengkala “rupa brahma warna sari.”
Masjid itu merupakan lembaga yang mengajarkan nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan moral masyarakat. Dari aspek budaya, pada masa kepemimpinannya lahir kerajinan ukir yang ditandai adanya motif ragam ukir di dinding masjid Mantingan.
3. Punya Jiwa dan Semangat Nasionalisme Kuat Melawan Kolonialisme
Selain karya monumental yang masih dirasakan manfaatnya sampai sekarang (masjid Mantingan, kerajinan ukir, motif ukir, benteng, makam, dan lain-lain), Ratu Kalinyamat telah mengirim armada perang melawan kolonialisme Portugis sebanyak empat kali.
Itu artinya peran Ratu Kalinyamat tidak hanya dalam lingkup lokal, tetapi juga lingkup regional dan nasional. Dalam konteks sekarang ini, dapat dimaknai bahwa Ratu Kalinyamat mempunyai jiwa dan semangat nasionalisme yang cukup kuat melawan kolonialisme.
4. Istri Setia dan Menyayangi Keluarga
Ratu Kalinyamat adalah seorang istri yang setia kepada suaminya dan menyayangi keluarganya. Dia dan suaminya, Pangeran Hadiri, yang sedih atas kematian saudaranya, Sunan Prawata sehingga Sang Ratu naik banding ke Sunan Kudus.
Ratu Kalinyamat menjadi pelindung anak-anak saudaranya. Dua anak almarhum Sunan Prawata yang dibunuh Arya Penangsang diambil sebagai anak angkat. Selain itu, Pangeran Arya, anak Sultan Hasanudin dari Banten, bahkan diangkat sebagai putra mahkota Jepara karena Ratu Kalinyamat tidak memiliki anak.
5. Tak Mudah Menyerah dan Tetap Setia NKRI
Peperangan melawan kolonialisme Portugis dalam empat serangan ke Malaka dan Maluku tahun 1551 ke Malaka, 1564–1565 ke Hitu, 1568 ke Malaka, dan 1574 ke Malaka, menunjukkan bahwa Ratu Kalinyamat merupakan sosok yang setia terhadap wilayah yang sekarang menjadi NKRI. Meskipun serangan itu gagal, tidak membuat Ratu Kalinyamat menyerah dan berkhianat untuk bekerja sama dengan penjajah Portugis, sampai dia meninggal tahun 1579.
Editor : Ahmad Antoni
pahlawan nasional Ratu Kalinyamat presiden joko widodo jokowi gelar pahlawan nasional ra kartini kolonialisme sunan kudus
Artikel Terkait