“Dari kecil Kiki (panggilan Kiromal) memang seneng penekan (memanjat) pohon apapun, dari pohon kelapa dan lainnya,” katanya. Dia mengaku awalnya sempat khawatir Kiromal bertanding ke luar negeri di tengah pandemi Covid-19. Namun rasa takut itu sirna ketika Kiromal sukses memecahkan rekor dunia.
“Ya bangga alhamdulillah tapi sambil takut. Takutnya ya anakku kok jauh-jauh (pergi) karena masih corona,” kata Santi.
Dia berharap anaknya terus bisa mengharumkan bangsa Indonesia di kancah internasional. “Saya ingin Kiromal bisa membanggakan Indonesia, membanggakan orang tua, semua orang Batang mendoakannya,” ujarnya.
Dkw Yusnita, pelatih Kiromal Katibin mengatakan atlet binaannya tersebut sudah seperti anak sendiri. Pola pelatihan selama ini dengan kekeluargaan dan diarahkan agar mencapai prestasi terbaik.
“Semoga Kiki nanti bisa bertanding di Olimpiade dan mendapatkan hasil yang terbaik,” kata Yusnita. Menurutnya, prestasi Kiromal di piala dunia panjang tebing merupakan tahap awal sebagai try out sebelum di Olimpiade Paris 2024.
Sementara di Batang, ada sekitar 25 atlet panjat tebing yang selama ini sering menjuarai berbagai lomba di tingkat daerah, nasional hingga internasional.
Seluruh atlet latihan di bawah bimbingan pelatih profesional dan dipantau dengan baik agar prestasinya bagus.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait