Setelah Dewatacengkar terkalahkan, Aji Saka kemudian menjadi seorang raja di Medangkamulan dan memiliki sebuah pusaka. Aji Saka menginginkan pusaka itu untuk disimpan di sebuah tempat tersembunyi.
Kemudian ia menyuruh sang abdi, Sembada, untuk menyimpan dan menjaga pusaka tersebut di Pulau Majeti. Aji Saka berpesan kepada Sembada untuk tidak memberikan pusaka tersebut kepada siapapun kecuali Aji Saka.
Suatu hari, Aji Saka membutuhkan pusaka tersebut dan mengutus Dora untuk mengambilnya. Saat sampai di Pulau Majeti dan bertemu Sembada yang tengah menjaga pusaka tersebut, Dora mengutarakan niatnya.
Sembada yang memegang teguh permintaan Aji Saka pun tidak akan memberikan pusaka tersebut kepada Dora. Sementara Dora merasa benar karena diminta Aji Saka untuk mengambil pusaka tersebut.
Pada akhirnya, mereka berdua pun bertikai hingga semua meninggal. Mengetahui hal tersebut, Aji Saka menyesali kelalaiannya dan mengungkapkannya dengan menulis sebuah kalimat:
Ha-Na-Ca-Ra-Ka (ada utusan)
Da-Ta-Sa-Wa-La (Saling berselisih pendapat)
Pa-Dha-Ja-Ya-Nya (sama-sama sakti)
Ma-Ga-Ba-Tha-Nga (sama-sama menjadi mayat).
Begitulah kisah Aji Saka dan asal usul huruf Jawa. Semoga kisah ini bisa menjadi menambah wawasan terutama dalam cerita rakyat yang melegenda di tanah Jawa.
Editor : Ahmad Antoni
kisah aji saka asal usul huruf jawa aksara jawa pengembara Kerajaan Mataram Kerajaan mataram Islam pusaka
Artikel Terkait