Prof Suyanta (64) yang dikukuhkan sebagai guru besar bidang kimia anorganik pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (6/8/2024). (Foto: UGM)

YOGYAKARTA, iNews.id - Kisah inspiratif datang dari Prof Suyanta (64) yang berasal dari keluarga sederhana di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Dia baru saja dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang kimia anorganik pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Gadjah Mada di Ruang Balai Senat UGM, Selasa (6/8/2024).

Prof Suyanta tak henti-hentinya mengucap syukur karena akhirnya mampu menyandang puncak gelar akademik tertinggi sebagai guru besar. Raut bahagia terpancar dari wajah saat menyampaikan pidato pengukuhan.

Dia membagikan kisah hidupnya sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) sudah terbiasa mencari rumput dan menggembalakan sapi untuk membantu pekerjaan orang tua di ladang. Bahkan Ketika SMP, dia pernah menjadi pedagang asongan yang membawa 1 termos es lilin untuk dijual berkeliling berjalan kaki dari dusun ke dusun.

“Pada waktu itu, jika terjual habis saya mendapat penghasilan Rp50. Sebagai anak petani, saya bersama teman-teman SD pernah mengolah lahan kosong yang terhampar di tepi Sungai Dengkeng yang kami tanami dengan Palawija,” ucapnya dikutip dari laman UGM, Rabu (7/6/2024).

Pada awal kuliah di FMIPA UGM tahun 1980, setiap Senin pagi dia berangkat naik sepeda ontel dari Bayat Klaten ke kampus UGM. Bersepeda dengan jarak sejauh kurang lebih 40 km memakan waktu 3 jam. Kemudian saat tiba hari Sabtu, dia pulang ke Bayat Klaten lagi juga dengan mengayuh sepeda ontel.

“Itulah sebagian kenangan dan latar belakang saya dan sungguh tidak terbayang jika di hari ini saya bisa mengucap sebagai Guru Besar di UGM,” katanya.

Prof Suyanta juga menyampaikan pidato ilmiah yang berjudul Silika Mesopori MCM-41: Perkembangan Riset dan Aplikasinya.  Suyanta berpendapat Aplikasi MCM-41 berpotensi untuk riset dan pengembangan di masa depan.

Salah satu dari sekian banyak potensi pengembangan riset dan aplikasi MCM-41 di masa depan yakni terkait dengan penanganan masalah CO2.

Menurutnya efek gas rumah kaca yang sangat berpengaruh pada pemanasan global. Sistem penangkapan CO2 yang paling banyak digunakan dalam skala besar pada cerobong-cerobong pembuangan gas industri sekarang ini yakni adsorpsi selektif menggunakan amina cair, seperti monoetanolamin atau dietanolamin. Sistem penangkapan CO2 yang menggunakan adsorben padat sedang banyak dikaji.


Editor : Donald Karouw

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network