Jenderal Soedirman saat tiba di Jakarta pada 1 November 1946. (Foto: Istimewa/Wikipedia)

Soedirman selalu menjaga kesuciannya dengan berwudhu. Saat wudhunya batal, ia akan berwudhu kembali. Bahkan, jika tidak dalam masuknya waktu sholat, ia tetap akan berwudhu.

Dia selalu menjaga menjaga wudhunya. Saat mendengar suara azan, dia pun langsung melaksanakan salat. Bahkan saat memimpin perang gerilya, dia tidak pernah menunda untuk beribadah, termasuk dalam kondisi sakit.

Saat bergerilya, Soedirman pun memerintahkan kepada ajudannya untuk membawa kendi yang berisi air. Air itu digunakan untuk berwudhu saat perang gerilya.

Dia juga berprinsip tak pernah meninggalkan salat. Jika tidak bisa berdiri, ia salat dalam keadaan duduk. Jika tidak bisa duduk, salat dilakukan dengan berbaring. Dia juga rajin berpuasa.

Sikap prihatinnya juga tampak ketika dia menghadapi masalah. Dia yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan.

Pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalion di Kroya.

Ketika itu, dia sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.


Editor : Ahmad Antoni

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3 4
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network