Saat yang bersamaan kemunculan masjid, muncul juga sumber mata air yang besar dan jerih di samping masjid yang digunakan untuk berwudlu. Hingga kini sumber mata air ini tidak pernah kering sepanjang tahun dan dimanfaatkan warga sekitar.
Menurut pengurus Masjid Tiban, lokasi kedua di mana Masjid Tiban berpindah kini menjadi sebuah kunden atau tempat makam ulama setempat.
Peninggalan Wali Songo yang masih terjaga hingga saat ini adalah gapura masuk masjid, belik atau sumber air di sekitar masjid dan mustoko berwarna kuning yang menjadi ciri khas Masjid Demak masih menancap atas masjid.
Masjid tiban sudah mengalami renovasi sebanyak tiga kali karena seluruh kayu dan bangunan masjid sudah lapuk dan dikhawatirkan roboh. Kayu bekas bangunan masjid tiban tersebut kini tersimpan di atap masjid.
Warga mengaku tidak berani untuk mengambil atau melihat kayu tersebut karena ada hal misterius atau keanehan yang terjadi jika kayu tersebut dipindahkan dari atap masjid.
“Kami selalu memanfaatkan masjid tiban ini untuk beribadah, membaca Alquran dan mengkaji kitab kuning setiap hari bersama warga dan para sesepuh desa,” kata Nur Yasin, warga Terkesi.
Bahkan dalam keseharian masjid tidak pernah kosong dengan kegiatan di bulan suci Ramadhan ini. kegiatan masjid menjadi semakin padat dengan berbagai macam kegiatan keagamaan mulai dari bada zuhur hingga subuh.
“Khusus untuk bulan Ramadhan, warga dari luar Desa Terkesi diperbolehkan untuk ikut mengaji bersama di Masjid Tiban,” ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni
Masjid Tiban Kabupaten Grobogan sunan kalijaga Wali Songo raden patah masjid agung demak kerajaan demak
Artikel Terkait