Adik Presiden Jokowi, Idayati dengan Ketua MK Anwar Usman. (Antara/HO-Dokumentasi pribadi)

SOLO, iNews.id - Segala perilaku dalam kehidupan akan selalu dihitung, dipetung melalui pertimbangkan yang sangat masak. Hal itu berdasarkan tradisi budaya masyarakat Jawa,

Tak terkecuali saat akan membangun rumah, pernikahan, berdagang, pindahan rumah dan keperluan lainya, baik hajatan ataupun keseharian. Hal itu di lakukan dengan harapan, masyarakat jawa akan memperoleh hasil yang maksimal dalam setiap perilaku kehidupan.

Penggunaan petung tidak hanya dilakukan oleh masyarakat Jawa, akan tetapi suku suku dan masyarakat adat di belahan dunia juga memiliki cara sendiri sendiri di dalam melakukan penghitungan.

Di Jawa, ilmu penghitungan tersebut di kenal dengan nama pawukon atau ilmu astrologi jawa yang mengacu pada 30 wuku. "Di setiap wuku terdapat perwatakan para dewa yang memayunginya," kata Toto Purbangkara, budayawan sekaligus pembina Lesbumi (Lembaga Seni dan Budaya Muslimin) Kota Solo.

Pawukon juga mengacu pada perputaran alam semesta, sehingga dalam menentukan penghitungan waktu akan selaras dengan kondisi alam semesta. Oleh sebab itu, pawukon juga dapat di sebut ilmu perbintangan jawa.

Pasca masuknya Wali Songo di tanah Jawa, Sunan Kalijaga mulai menyesuaikan pawukon dengan kondisi keyakinan masyarakat yang mulai memeluk islam.

Tak terkecuali pujangga agung Ronggowarsito, Sinuhun Banguntapa dan para pujangga yang lain, juga banyak menulis serat pawukon. Akan tetapi dasar dari semua pawukon tersebut tak lepas dari peran wuku dan kondisi alam semesta.


Editor : Ahmad Antoni

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Artikel Terkait

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network