KARANGANYAR, iNews.id - Jenazah Pimpinan Pusat Yayasan Majelis Tafsir Alquran (MTA) Ahmad Sukina telah dimakamkan di pemakaman muslim Kaliboto, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis (25/2/2021) siang. Sukina meninggal di usia 73 tahun di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Moewardi Solo, karena sakit.
Pria kelahiran Gawok, Gatak, Sukoharjo pada 27 Oktober 1948 ini menghembuskan nafas terakhir pada Kamis 25 Februari 2021, sekitar pukul 03.48 WIB.
Dari biodata yang diterima MNC Portal Indonesia, almarhum meninggalkan seorang istri, 8 anak, dan 19 orang cucu. Ia merupakan anak dari pasangan Siti Sa’diyah dan Muhammad Bisri.
Almarhum Ustaz Sukina memegang nahkoda MTA, sepeninggal Al Ustaz Abdullah Thufail Saputra, pendiri MTA pada 15 September 1992. Sukina terpilih secara aklamasi memimpin MTA hingga akhir hayat.
Di bawah kepemimpinan Sukina, MTA semakin tumbuh subur dan berkembang ke berbagai penjuru Nusantara dari Aceh sampai Merauke.
Saat ini, MTA memiliki lebih dari 132 perwakilan dan 471 cabang di seluruh Indonesia. Hingga tutup usia, beliau memimpin MTA selama 29 tahun dan membawa visi dakwah Islam yang dilakukan oleh MTA di kancah nasional.
Cita-cita Ahmad Sukina sejak kecil ingin menjadi guru agama. Kedua orangnya mendukung cita-cita anaknya. Usai menamatkan pendidikan di Jurusan Tarbiyah, Institut Agama Islam Muhammadiyah (IAIM) yang sekarang dikenal sebagai Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Beberapa organisasi pergerakan mahasiswa pernah diikutinya. Diantaranya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pelajar Islam Indonesia (PII), dan Ikatan Pemuda Muhammadiyah (IPM). Sukina setelah lulus kuliah menjadi pendidik di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah Kartasura selama tujuh tahun.
Selanjutnya ia berpindah mengajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Kartasura, Sukoharjo mengajar mata pelajaran agama Islam. Kemudian dipindah tugaskan ke bagian administrasi di Kantor Departemen Agama Kabupaten Sukoharjo. Semasa hidupnya sempat meresahkan dikarenakan tidak mau berjabat tangan dengan siswa putri dan guru putri, yang merupakan rekan kerjanya sesama guru.
Meski mendapat tentangan, ia tetap melanjutkan prisipnya tersebut. Tahun 1985, ia dipindahkan lagi untuk mengajar di Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Grogol, Sukoharjo selama empat tahun.
Selepas itu, ia dipindahkan lagi ke MAN Sukoharjo. Namun karena jarak terlalu jauh, akhirnya ia memutuskan untuk berpindah tempat mengajar di SMA MTA Solo.
Almarhum bersama istri pertamanya, (almarhumah) Fathiyati Sukina mulai berguru dengan Al Ustaz KH. Abdullah Thufail Saputro sejak tahun 1974.
Sukina mengikuti pengajian rutin tafsir Al Qur’an di daerah Kebonan, Sriwedari, Solo. Ia tidak pernah bolos dari pengajian dan jadwal khotbah yang dilaksanakan oleh Al Ustaz KH. Abdullah Thufail Saputra.
Sukina juga pernah memimpin Persatuan Bela Diri tenaga dalam Barisan Syuhada Tega Pati (BS TePa), yang kemudian dibubarkannya pada 14 Juli 1975.
Kemudian mengajak mantan anak buahnya di BS TePa untuk mengadakan kegiatan kelompok pengajian tafsir Al Qur’an di Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo.
Hingga masih menjabat Dewan Pembina di PMI Surakarta, pernah menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan MUI Pusat, dan penggagas forum silaturahim ulama dan ormas Islam Surakarta.
Sementara itu, Sekertaris Umum MTA Pusat Sunarno memohon maaf atas semua kesalahan yang pernah dilakukan oleh almarhum. Baik saat memberikan materi, kajian dan bergaul.
"Atas nama keluarga kami memohon maaf apabila selama hidup, almarhum memiliki kekurangan baik dalam memberikan materi, kajian dan bergaul beliau," kata Sunarno, Kamis (25/2/2021).
"Semoga almarhum diampuni semua dosa dan kesalahannya diterima amal sholehnya ditempatkan di Surga Allah selama-lamanya," ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait