Sementara pemanah perempuan yang andil dalam ajang ini mengenakan kebaya dan kain jarit maupun kemen.
"Ini merupakan salah satu syarat wajib peserta, sehingga jika ada peserta yang tidak mengenakan pakaian adatnya maka akan didiskualifikasi meskipun berhasil mendapatkan poin yang tinggi selama lomba," kata Agung.
Penyelenggaraan Gladhen Ageng Jemparingan gaya mataraman inipun mendapatkan apresiasi dari Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Klaten.
Kepala Disbudporapar Klaten, Sri Nugroho yang hadir untuk membuka acara tersebut menyampaikan ajang tersebut merupakan upaya kelompok masyarakat dalam melestarikan budaya.
"Tentu hal ini akan sangat berarti bagi generasi selanjutnya. Lewat ajang ini, generasi penerus diajak mengenal budaya sekaligus kegiatan olahraga yang telah dilestarikan secara turun temurun," katanya.
Editor : Nur Ichsan Yuniarto
Artikel Terkait