JAKARTA, iNews.id - Pernahkah Anda mengunjungi museum wayang yang ada di Banyumas? Di Museum Wayang Banyumas, ada berbagai wayang yang umurnya ratusan tahun.
Tak hanya satu jenis wayang, museum ini menyimpan koleksi wayang yang berasal dari sejumlah daerah yang berbeda di Jawa. Selain wayang, terdapat benda-benda bersejarah lainnya, seperti alat musik tradisional hingga benda pusaka.
Lantas, bagaimana asal muasal berdirinya museum tersebut? Bagaimana pula kondisinya saat ini? Simak ulasan lengkapnya berikut ini. Museum Wayang Banyumas memiliki berbagai wayang yang umurnya ratusan tahun
Asal usul
Beberapa dekade yang lalu, Gubernur Jawa Tengah (periode 1974-1982), Soepardjo Rustam berkeinginan untuk mengumpulkan benda-benda bersejarah, termasuk wayang.
Berangkat dari gagasan tersebut, akhirnya museum wayang di Banyumas didirikan pada tahun 1982, dikutip dari situs Asosiasi Museum Indonesia pada Jumat (!5/7/2022).
Nama ‘Sendang Mas’ yang berasal dari singkatan ‘Seni Pedalangan Banyumas’ pun dipilih sebagai nama museum wayang ini.
Nama tersebut dianggap sebagai penegasan bahwa wayang Banyumas atau wayang Gagrag Banyumasan yang ada di Museum Wayang Sendang Mas memiliki ciri khas yang begitu berbeda dengan wayang dari daerah lainnya.
Wayang Gagrag Banyumasan tersebut merupakan tipe wayang yang mengambil sebagian elemen dari wayang yang berasal dari daerah lain di Jawa, seperti Yogyakarta, Kedu, dan Surakarta.
Karakter Wayang Gagrag Banyumasan diklaim begitu menjunjung tinggi nilai kebebasan dan keterbukaan, serta mengandung banyak unsur humor untuk menertawakan jenis wayang baku yang penuh dengan aturan.
Koleksi di museum
Sebagaimana yang telah dijelaskan, koleksi wayang Gagrag tempo dulu yang berusia ratusan tahun dan masa sekarang bisa dijumpai saat Anda mengunjungi Museum Wayang Sendang Mas.
Selain wayang Gagrag, pengunjung sebenarnya bisa menyaksikan koleksi wayang lain, diantaranya adalah wayang Gagrag Yogyakarta, wayang Krucil, wayang Prajuritan, wayang Kidang Kencana, wayang Golek Purwa, wayang Golek Menak, wayang Suluh, wayang Beber, wayang Suket/Adam Marifat, dan wayang Kulit Purwa.
Editor : Komaruddin Bagja
Artikel Terkait