Meski pandemi belum berakhir, kata dia, kebijakan untuk pertunjukkan luring tetap harus mentaati protokol kesehatan dan pembatasan jumlah penonton harus dipenuhi para seniman, selain juga digelar secara during (online).
Menurutnya, pertunjukkan kesenian tradisional juga dinilai memiliki banyak pesan moral terutama berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan Pancasila, seperti pementasan kesenian ketoprak mempunyai banyak pesan moral.
Sementara seniman asal Pati Susanto Markonyik, menilai telah terjadi pergeseran pagelaran ketoprak dulu dengan sekarang. Menurutnya, seni ketoprak dulu membawa misi edukasi kepada masyarakat. “Saat ini inovasi yang telah dilakukan cenderung kebablasan, dalam arti meninggalkan norma-norma kebudayaan tradisional menjadi seni modern,” ujar Konyik.
Dia menilai pergeseran budaya di ketoprak yang terjadi saat ini tidak bisa serta merta menyalahkan para pelaku kesenian. Namun, dilakukan sebagai bentuk modifikasi seni agar seniman tetap bisa bertahan di tengah gempuran masuknya budaya asing.
Sementara, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Pati Hardi Jatmiko belum berani merekomendasi pertunjukkan secara luring yang digelar secara terbuka (outdoor). Mengingat pandemi yang belum berakhir siapa yang akan menjamin prokes.
“Pertunjukan kesenian dan hiburan lainnya bisa direkomendasikan tentunya tergantung level status PPKM dan instruksi pemerintah daerah,” katanya.
Dia meminta para seniman di wilayah Pati agar bersabar karena tidak lama lagi pasti pertunjukan kesenian, baik ketoprak, campursari, wayang kulit dan hiburan lainnnya bakal diizinkan untuk dibuka kembali.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait