SEMARANG, iNews.id – Pembatik di Semarang memanfaatkan beragam tanaman di sekitarnya sebagai bahan pewarna alami untuk kain. Selain memunculkan warna-warna cantik, pewarna alami juga ramah lingkungan dan tidak membahayakan kesehatan kulit.
Tanaman yang dimanfaatkan antara lain pohon ketapang yang selama ini menjadi peneduh di lingkungan rumah. Daun ketapang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pewarna alami kain batik.
Caranya cukup mudah, yakni petik daun-daun ketapang dan lepaskan dari rantingnya. Lalu rebus menggunakan air tanpa campuran apa pun. Komposisinya untuk satu kilogram daun dan 10 liter air.
Rebusan hingga air menyusut menjadi 5 liter. Untuk itu, besarnya api dan lama perebusan sangat menentukan poses perebusan.
“Tunggu hingga dingin dan air rebusan daun ketapang siap digunakan sebagai bahan pewarnaan,” kata Dewi Handayani, salah satu pembatik warna alami, Selasa (7/9/2021).
Proses selanjutnya, celupkan kain polos maupun yang telah dibatik. Proses pembatikan bisa menggunakan cap maupun tulis atau canting. Untuk mendapatkan warna sempurna, celup kain secara merata minimal empat kali.
Bisa pula mencampurkan beberapa bahan pewarna alami lainnya, seperti air rebusan kulit kayu tingi, kunyit, kulit manggis, atau secang. Campuran ini bertujuan menghasilkan kombinasi warna yang beragam.
Batik pewarna alami tak kalah cantik dengan yang menggunakan bahan sintetis atau kimia. Bahkan batik pewarna alami bisa memiliki nilai jual lebih tinggi. Sebab para konsumen kini mulai peduli dalam pelestarian lingkungan.
Editor : Ary Wahyu Wibowo
Artikel Terkait