Prajurit ALRI Tegal saat akan menghadapi konvoi pasukan Belanda di selatan Tegal. (Foto: Dok. TNI AL).

JAKARTA, iNews.id - Pada tengah malam 20 Juli 1947, Belanda melalui siaran radio secara resmi menyatakan tidak lagi terikat dengan Perjanjian Linggarjati. Sebelum pengumuman itu disampaikan, pasukan militer Belanda telah lebih dulu bergerak ke wilayah demarkasi, sementara aparat kepolisian mereka melakukan penggeledahan dan penangkapan terhadap perwakilan pemerintah Republik Indonesia di Batavia (Jakarta).

Dikutip dari dokumentasi TNI AL, Rabu (24/9/2025) menyebutkan, pada 21 Juli 1947 menjadi awal dimulainya agresi militer pertama Belanda yang diberi sandi Operasi Product. 

Untuk merebut wilayah Tegal, Belanda mengerahkan Brigade W dan V dari arah Jawa Barat serta Brigade T dan pasukan amfibi dari Semarang. Tujuannya untuk mengepung pasukan ALRI di Tegal yang dikenal memiliki persenjataan lebih unggul, sekaligus memutus jalur pelarian mereka.

Setelah berhasil menguasai Cirebon pada 25 Juli 1947, Brigade V dan W melanjutkan serangan ke Jawa Tengah, berusaha menembus pertahanan TNI. Mereka sempat tertahan di Losari oleh pasukan gabungan Resimen XIII, satu batalyon ALRI Pangkalan IV, dan kelompok kelaskaran. 

Meski akhirnya pertahanan Losari berhasil ditembus, perjalanan menuju Tegal tidak berjalan mulus. Jembatan yang dihancurkan, penghalang jalan serta serangan kilat dari TNI dan laskar menjadi tantangan berat bagi pasukan Belanda.

Untuk mengelabui TNI, Belanda mengerahkan pasukan yang berpengalaman menghadapi gerilyawan di Jawa Barat, seperti Batalyon V KNIL “Andjing NICA”, Batalyon KL 1-3 RI “Watermannen” serta skuadron lapis baja yang bergerak memutar ke selatan melalui Bumiayu menuju Slawi.

Setelah pertempuran sengit, pasukan Belanda berhasil mendekati batas kota Tegal pada 25 Juli 1947. Di sana, mereka terlibat baku tembak dengan artileri dan mortir ALRI yang gigih mempertahankan kota. 

Serangan udara Belanda pun terhambat oleh meriam penangkis udara ALRI yang ditempatkan di Slerok. Untuk memperkuat serangan, Belanda mengerahkan tiga kapal perang yang menembaki pertahanan dari laut.

Karena markas ALRI Tegal sulit ditembus, Belanda mendaratkan pasukannya di pantai Muarareja yang tidak dijaga. Pasukan dan kendaraan tempur yang baru mendarat langsung menuju kota Tegal, yang hanya berjarak sekitar empat kilometer. 

Pada 26 Juli 1947 sore, Belanda berhasil menguasai Tegal, yang saat itu telah dibumihanguskan oleh TNI dan laskar.

Setelah menguasai kota dan pelabuhan Tegal, Brigade V melanjutkan operasi ke arah selatan untuk merebut Cilacap dan membersihkan konsentrasi pasukan TNI dan laskar. 

Dalam perjalanan, mereka kerap disergap oleh pasukan Indonesia. Beberapa unit ALRI Pangkalan IV Tegal yang mundur ke selatan melakukan serangan frontal secara berani.

Di jalan raya Tegal–Slawi, pasukan ALRI mengadang konvoi Belanda dengan truk yang dimodifikasi menjadi kendaraan bersenjata meriam. Terjadi duel antara truk ALRI dan kendaraan lapis baja Belanda, termasuk tank ringan Stuart. 

Serangan ini sempat menghentikan laju Belanda dan menimbulkan banyak korban. Namun, truk meriam ALRI akhirnya dilumpuhkan oleh tembakan kanon dari tank Belanda kedua. Para penembak gugur di tempat.

Tak lama kemudian, truk ALRI kedua yang dilengkapi senapan mesin berat muncul dan menyerang pasukan Belanda, tetapi juga dihancurkan oleh meriam tank Stuart. Setelah berhasil menumpas perlawanan nekat ini, pasukan Belanda tidak lagi menghadapi hambatan besar dan akhirnya berhasil menduduki Cilacap.


Editor : Kurnia Illahi

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network