“Sebagian besar orang tua di sini bekerja sebagai nelayan dan buruh tambak. Banyak dari mereka lebih memilih anaknya membantu bekerja daripada melanjutkan sekolah,” ucapnya.
Dia juga menyampaikan bahwa angka putus sekolah di wilayah tersebut masih cukup tinggi. Selain itu, akses internet yang terbatas membuat pendaftaran secara daring sulit dilakukan.
Hingga hari terakhir, hanya dua calon siswa yang mendaftar secara online dan sekitar 50 siswa mendaftar langsung ke sekolah. Jumlah itu jauh dari kuota yang tersedia dan menunjukkan penurunan dibanding tahun sebelumnya.
Menurutnya, sebagian orang tua lebih memilih menyekolahkan anak mereka ke sekolah lain.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait