Gunungan akhirnya roboh dan menimpa warga di bawahnya. Namun, semangat warga tak surut. Mereka tetap mengumpulkan hasil bumi untuk dibawa pulang sebagai simbol berkah.
Selain berebut gunungan, puluhan warga juga berebut nasi kuning yang dibagikan di dalam makam Ki Ageng Tarub. Untuk mengurangi kericuhan, panitia membagikan nasi melalui celah pintu masuk makam yang sengaja ditutup.
Usai prosesi gunungan, Raden Arya Tumenggung atau Krat Hastono Adinagoro, juru kunci makam Ki Ageng Jaka Tarub, bersama keluarga Keraton Surakarta, melaksanakan tahlil dan doa bersama di depan makam.
“Kami akan melanjutkan tradisi adangan dengan menggunakan Dandang Kyai Dudo peninggalan Dewi Nawang Wulan di Keraton Surakarta. Lima tumpeng nasi kuning akan dibagikan ke warga untuk dimakan bersama, sebagai harapan berkah kesehatan dan rezeki melimpah,” ujar Krat Hastono Adinagoro.
Meski penuh perjuangan dan luka ringan, warga tetap menganggap prosesi ini sebagai bagian dari tradisi sakral yang membawa berkah dan kebersamaan.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait