KUDUS, iNews.id - Pondok Tahfidh Yanbu'ul Qur'an (PTYQ) Kudus menggelar Halaqah Fikih Peradaban yang mengkaji Fikih Siyasah dan Masalah Kaum Minoritas.
Halaqah yang digelar Minggu (13/11/2022) lalu itu dihadiri sejumlah narasumber di antaranya Ketua KPU Hasyim Asy'ari, Ketua Lakpesdam PBNU KH Ulil Abshar Abdalla, dan Wakil Ketua Lembaga Bahsul Masail (LBM) PBNU KH Najib Bukhori. Halaqah dipandu Prof Dr H Abdurrahman Kasdi (Rektor IAIN Kudus).
Ketua KPU Hasyim Asy'ari SH MSi PhD, mengutarakan, relasi Nahdlatul Ulama (NU) dengan Negara, yang perlu dicatat adalah perannya yang mengokohkan status Indonesia sebagai Negara Bangsa (Nation State).
"Indonesia (itu) bukan negara sekuler ekstrem, sebab spirit agama senantiasa melekat pada Negara Indonesia. Bahkan dalam teks-teks kebangsaan, pengadilan, pelantikan di Indonesia tidak pernah terlepas dengan narasi keagamaan, seperti ketuhanan; demi Tuhan, dalam keadilan Tuhan, dan lainnya," katanya.
Dia mengemukakan, jika mengacu pada sudut pandang “mayoritas dan minoritas” dalam sistem pemilihan di Indonesia, pada dasarnya masih belum jelas. "Sistem pemilihan di Indonesia mengacu pada sistem yang proporsional. Dengan demikian, tidak jelas mana yang minoritas dan mana yang mayoritas," paparnya.
Menurut Hasyim, penting juga untuk dikemukakan terkait sistem pemilihan di Indonesia, antara lain soal hak pilih perempuan, penyandang disabilitas dan Orang dalam Gangguan Jiwa (ODGJ).
"Indonesia secara demokrasi lebih maju dibanding Amerika dari sisi memberikan hak pilih perempuan. Amerika memberikan hak pilih terhadap perempuan baru berlangsung tahun 1970-an, sedangkan Indonesia sudah lebih dulu," tuturnya.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait