Guru Besar Bidang Kajian Timur Tengah UNS Solo Prof Istadiyantha. Foto: Ist.

SOLO, iNews.id – Situasi Afghanistan kini tengah memanas usai Taliban berhasil masuk ke Ibu Kota Kabul dan menduduki Istana Kepresidenan. Sementara, Presiden Afghanistan Ashraf Ghani sudah lebih dulu melarikan diri ke Tajikistan.

Guru Besar (Gubes) Bidang Kajian Timur Tengah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof Istadiyantha menyebut keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan tidak bisa dilepaskan dari lemahnya pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Joe Biden.

Ia menyampaikan, tuduhan bahwa Joe Biden lemah juga disampaikan oleh Donald Trump. Sebagai lawan politik Joe Biden, Donald Trump mengkritik kebijakan Presiden ke-46 AS yang menarik militer AS dari tanah Afghanistan pada Agustus tahun 2021,

“Hal ini menjadi peluang bagi Taliban untuk menguasai Istana kepresidenan Afghanistan, bahkan kota Kandahar, Ghazni, dan Kabul hampir seluruhnya dikuasai oleh Taliban,” ujar Istadiyantha melalui siaran pers Humas UNS, Selasa (17/8/2021).  

Dosen Bahasa Arab prodi Sastra Indonesia dan Sosiologi Masyarakat Timur Tengah prodi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS ini menuturkan, Taliban dipandang masyarakat sebagai kelompok yang berusaha memulihkan perdamaian dan keamanan serta ingin menegakkan syariat Islam sesuai versi  dengan yang mereka yakini.

Namun, pascaserangan 11 September 2001 atau yang lebih dikenal 9/11, Taliban justru menjadi target serangan negeri Paman Sam, sebab kelompok ini dituduh AS memberikan perlindungan bagi Osama bin Laden yang merupakan pemimpin Al-Qaeda.

Adapun AS juga menuduh Al-Qaeda yang dipimpin Osama bin Laden sebagai otak dari serangan pesawat mematikan yang menghancurkan menara World Trade Center (WTC) di New York dan Pentagon di Virginia. Walaupun kebenaran atas tuduhan AS kepada Al-Qaeda sebagai pelaku peledakan WTC juga menjadi polemik yang pro dan kontra sampai saat ini.

Ketika Taliban menolak menyerahkan Osama bin Laden kepada AS, negeri Paman Sam akhirnya menyerbu Afghanistan dan pada tahun 2001 Afghanistan berhasil dikuasai AS.

“Saat itu Mullah Omar (pemimpin Taliban dan merupakan kepala negara Afghanistan dari 1996 sampai 2001) dan para pendukungnya, berlindung di Pakistan. Selama 20 tahun AS menduduki Afghanistan dan perlindungan AS akan berakhir pada 31 Agustus 2021,” kata Istadiyantha. 

Dengan ditariknya pasukan AS dari Afghanistan, dirinya menilai momentum ini digunakan Taliban untuk menguasai kembali Afghanistan, di saat militer AS berangsur-angsur meninggalkan negara tersebut. 

Selain itu, keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan tidak dapat dilepaskan dari pandemi Covid-19 yang hingga kini masih melanda dunia. Hingga kini nampaknya belum ada sinyal perdamaian di antara kedua belah pihak. Dirinya akan terus memantau dinamika antara Afghanistan-Taliban hingga beberapa waktu yang akan datang.

Taliban yang pada dekade perang melawan invasi Rusia disebut-sebut adalah menjadi anak didik CIA untuk mengusir Rusia atas dukungan AS. Tetapi saat ini ada isu santer bahwa Rusia membantu pendanaan bagi aksi Taliban baru-baru ini. 

Adapun isu lain yang menyudutkan bahwa perolehan dana Taliban yang lain, berasal dari bisnis narkoba dan perampokan, perlu diteliti lebih lanjut.

“Drama pendudukan Taliban atas kekuasaan Afghanistan masih berlangsung dan terus ada berita secara dinamis perkembangan terbaru, sehingga terlalu dini memberikan kesimpulan. Apalagi pihak Taliban yang sekarang sedang berjuang terus untuk menguasai Afghanistan,” ucapnya. 


Editor : Ary Wahyu Wibowo

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network