SEMARANG, iNews.id – Polisi mensinyalir adanya ratusan simpatisan gerakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) bermukim di sejumlah daerah di Jawa Tengah (Jateng). Bahkan, baru-baru ini polisi menemukan sebuah tulisan “Coming Soon ISIS” pada tembok salah satu kampung di Kabupaten Sukoharjo.
"Jika melihat dari guratan cat tulisannya, tidak mungkin itu dilakukan dalam waktu sekejap. Tulisan di tembok 'Coming Soon ISIS' itu pasti sudah dibikin lama. Sikap permisif dari masyarakat inilah yang membuat sel tidur terorisme kembali bangkit saat ini," kata Kapolda Jateng, Irjen Pol Condro Kirono, Sabtu (26/5/2018).
Dia mengatakan, embrio ISIS juga ditemukan pada perilaku sejumlah perempuan di Sukoharjo. Di sana, walau ditemukan istri teroris yang sudah meninggal, namun masih didapati beberapa istri teroris masih hidup.
Temuan kasat mata itu muncul saat petugas memantau gerakan Jamaah Ansorut Daulah (JAD) di sejumlah daerah. Condro mengaku terus melakukan pendekatan kepada mereka agar menjadi lebih inklusif.
Tak cuma itu, dia juga mendapati laporan ada sebanyak 334 pelaku teroris yang berasal dari Jateng. Dari jumlah itu, terdapat 128 mantan napi teroris (napiter) yang sudah kembali bekerja. Namun, pihaknya tetap akan memperketat pemantauan agar mereka tidak kembali ke kelompoknya.
"Yang diantisipasi simpatisan ISIS ada 201 orang dari Jawa Tenga. Saat ini terdapat 171 napiter di Jateng yaitu di Nusakambangan," ujar Condro.
Selain itu, terdapat DPO dalam pengawasan khusus di Jateng sebanyak 46 orang. Kemudian, 125 orang masih menjalani hukuman, dan terakhir pelaku teroris yang tewas berjumlah 35 orang.
Condro juga memaparkan, aksi terorisme tidak punya kaitan dengan agama mana pun. Ketika seorang teroris beraksi meledakkan bom atas nama agama, maka hal itu diakibatkan pemahaman yang keliru.
"Mereka malah menganggap pemahaman takfiri, yaitu menganggap orang di luar kelompoknya adalah kafir dan halal harta dan darahnya," katanya.
Pemahaman keliru lainnya soal hukum Hakimiyah, atau menafsirkan hukum adalah hanya milik Allah. Imbas dari hal tersebut, seorang teroris tidak lagi menghormati Pancasila, UUD 1945, dan orang tidak bersyariat Islam dianggap thogut atau penganut setan.
"Oang-orang yang dari Suriah ideologinya sudah radikal. Ulama saja dibantah dan menunjukkan ajarannya yang benar," ujar Condro.
Dia meminta kepada pengelola Lapas Nusakambangan untuk memperketat pengawasan terhadap pembesuk napiter. "Jangan sampai pembesuk napiter berkumpul dan sewaktu-waktu bisa masuk. KUA dan petugas harus aktif di situ agar ajaran yang menyimpang tidak berkembang," tuturnya.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait