get app
inews
Aa Text
Read Next : Jokowi Hadiri Prosesi Kirab Jenazah Raja Surakarta Pakubuwono XIII ke Imogiri

5 Fakta Loji Gandrung Tempat Dimulainya Kirab Kaesang-Erina Gudono, Pernah Jadi Markas Tentara

Sabtu, 10 Desember 2022 - 11:00:00 WIB
5 Fakta Loji Gandrung Tempat Dimulainya Kirab Kaesang-Erina Gudono, Pernah Jadi Markas Tentara
Loji Gandrung tempat dimulainya kirab Kaesang-Erina. (foto: Ary Wahyu Wibowo)

SOLO, iNews.id  - Loji Gandrung akan menjadi salah satu tempat yang menjadi perhatian publik saat pernikahan Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono di Kota Solo, Minggu (11/12/2022). Rumah Dinas Wali Kota Solo ini akan menjadi titik pemberangkatan prosesi kirab acara ngunduh mantu. 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menggelar Ngunduh Mantu atau resepsi pernikahan Kaesang-Erina di Pura Mangkunegaran. 

Berikut fakta Loji Gandrung yang berada di Jalan Slamet Riyadi Solo. 

1. Dibangun Pedagang Belanda

Loji Gandrung tak bisa dipisahkan dari bagian sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Kehadirannya kini tak hanya menjadi ikon Kota Solo, namun juga menjadi simbol kekuasaan. Dari catatan Pemkot Solo, Loji Gandrung berdiri di atas tanah seluas 6.295 meter persegi yang berlokasi di Kelurahan Penumping, Kecamatan Laweyan. 

Menurut buku keraton dan kumpeni, Pemerintah Belanda pada tahun 1830 membangun rumah dinas dan taman di Kleco. Pada tahun 1872, Pemerintah Belanda mendirikan Loji di Sala. Bangunan (Loji Gandrung) dibangun oleh pedagang Belanda yang kaya. Setelah itu, dibeli oleh Residen dan kemudian diberi nama Loji Gandrung.

Tentang arsitektur dari buku profil arsitektur Belanda tahun 1920-an, Loji Gandrung tidak disebut. Tapi bentuk dan ragam hasil karya gedung yang lain, bisa membantu melacak sejarahnya. Kemungkinan jika bukan Thomas Karsten, arsitekturnya sama dengan gedung Bank Indonesia, yakni Biro Ed Cuypres and Hulswit. 

2. Patung Jenderal Gatot Subroto

Pada bagian depan, tampak patung Jenderal Gatot Subroto. Sebagai peringatan akan peristiwa Jenderal Gatot Subroto menumpas pemberontakan PKI/Muso dari Loji pada tanggal 18 September 1948. Pada zaman kolonial, Loji ini digunakan sebagai tempat kediaman pejabat Pemerintah Belanda. Sedangkan saat ini digunakan sebagai tempat kediaman Wali Kota Solo. Peralihan itu sejak kemerdekaan Indonesia. 

Loji Gandrung berdiri sejak zaman kolonial Belanda. (Foto: Ary Wahyu Wibowo)
Loji Gandrung berdiri sejak zaman kolonial Belanda. (Foto: Ary Wahyu Wibowo)

3. Kamar Presiden Sukarno

Loji Gandrung terdiri atas empat bangunan. Bagian utama digunakan untuk ruang kerja wali kota, ruang rapat, dan ruang untuk menerima tamu. Pada bangunan utama juga terdapat kamar yang dulunya pernah dipakai Presiden Sukarno. Presiden Indonesia pertama ini pernah berkunjung dan menginap.

Sedangkan di bagian sayap sisi barat, terdapat bangunan yang kini dipergunakan untuk ruang ajudan Wali Kota Solo, dan pegawai rumah tangga. Sedangkan bangunan di sayap sisi timur, merupakan kamar yang dipakai untuk keluarga Wali Kota Solo. Sementara di bagian belakang terdapat bangunan joglo Loji Gandrung. Tempat ini biasa digunakan untuk acara-acara kedinasan.

4. Tempat Sosialisasi Kalangan Elite Eropa

Nama Loji Gandrung dipahami khalayak karena kegiatan sosialisasi kalangan elite Eropa yang diwarnai dengan pesta makan, minum dan berdansa. Dengan demikian menyerupai orang yang sedang gandrung atau adegan jatuh cinta dalam kajian seni pertunjukan tradisional Jawa. 

Jika diartikan secara harafiah, Loji  berarti rumah kolonial, dan Gandrung artinya bersenang senang. Kegemaran orang-orang Eropa khususnya dari kalangan pengusaha dan profesional swasta untuk melakukan pesta-pesta seperti ini merebak sejak awal abad ke-20.

Mengingat perkembangan tersebut, kemungkinan besar Loji Gandrung baru mendapatkan sebutan dan bahkan mungkin bentuknya yang sekarang ini pada masa awal abad ke-20. Dilihat dari sisi arsitekturnya, Loji Gandrung merupakan bangunan Indis yang memiliki nuansa Neo-klasik Eropa yang cukup megah.

Oleh sebab itu diperkirakan pembangunan Loji Gandrung ini berlangsung di masa keemasan Keluarga Dezentje pada pertengahan hingga akhir abad 19. Setelah sepeninggal Keluarga Dezentje, kemungkinan Loji Gandrung diambil alih oleh pemilik lain atau Pemerintah Kolonial Belanda atau Kasunanan Surakarta, mengingat adanya kebangkrutan dari keluarga tersebut. 

Pada masa berikutnya, yakni masa kemerdekaan Indonesia ketika nasionalisasi bangunan kolonial, bangunan Loji Gandrung digunakan untuk kepentingan militer.

Ada versi lain mengenai bangunan itu yang kemudian disebut Loji Gandrung. Ada sumber yang menerangkan nama Loji Gandrung muncul di era kemerdekaan. Bung Karno ketika datang ke Solo dan menginap, menghendaki adanya penampilan dalam jamuan makan malam yang berupa tari Gatutkaca Gandrung yang dimainkan oleh tokoh wayang orang Sriwedari. 

Begitu seringnya penampilan tari Gatukaca Gandrung tampil saat Bung Karno menginap di Loji itu, kemudian masyarakat menyebutnya sebagai Loji Gandrung.

5. Markas Perjuangan Melawan Belanda

Peristiwa penting yang terjadi di Loji Gandrung adalah bangunan ini pernah digunakan Kolonel Gatot Subroto sebagai markas untuk menyusun strategi melawan Belanda pada Agresi Militer II (1948-1949). Kolonel Gatot Subroto merupakan gubernur militer untuk wilayah Daerah Istimewa Surakarta dan sekitarnya.

Loji Gandrung juga pernah menjadi markas Militer Brigade V yang dipimpin Letkol Slamet Riyadi ketika terjadi Serangan Umum Solo pada 1949. Loji Gandrung merupakan sebuah bangunan Indis dengan gaya neo-klasik Eropa yang masih kental. Arah hadap bangunan menghadap ke utara, ke arah Jalan Slamet Riyadi, Solo.  Kompleks Loji Gandrung terdiri dari beberapa bangunan.

Editor: Reza Yunanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut