8 Kebudayaan Jawa Tengah, Nomor 7 Jadi Warisan Budaya Dunia dari Indonesia yang ke-12

SOLO, iNews.id – Kebudayaan Jawa Tengah tak bisa lepas dari sejarah masa lalu ketika dulu di wilayah ini berdiri sejumlah kerajaan. Keberadaannya banyak dipengaruhi kebudayaan Jawa atau Kejawen.
Kebudayaan Jawa Tengah sebagian besar berasal dari suku Jawa yang mayoritas mendiami daerah ini. Sumber kebudayaan banyak berasal dari kerajaan yang berdiri pada masa lalu, seperti Kerajaan Mataram Hindu, Kerajaan Mataram Buddha, Kerajaan Demak, Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram, Keraton Kartasura, Keraton Kasunanan Surakarta, dan Pura Mangkunegaran.
Bahkan sampai kini, Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran di Kota Solo masih ada. Keberadan keduanya menjadi salah satu pusat kebudayaan di Jawa Tengah. Selain itu, di wilayah Provinsi Jawa Tengah juga terdapat kebudayaan Jawa Pesisir dan Banyumasan.
Kebudayaan Jawa Pesisiran berkembang di daerah pantai, terutama pantai utara (Pantura). Kebudayaan ini banyak dipengaruhi kebudayaan Islam. Sedangkan kebudayaan Banyumasan merupakan perpaduan antara kebudayaan Jawa, Sunda dan Cirebon.
Berikut kebudayaan Jawa Tengah dari masa lalu yang sampai kini masih terus dilestarikan.
1.Pakaian adat tradisional
Kebudayaan Jawa Tengah tak bisa lepas dari pakaian adat tradisionalnya. Terdapat berbagai macam pakaian adat, di antaranya jawi jangkep, kebaya. kanigaran, batik, pangsi, surjan, beskap, dan basahan.
Pakaian adat Surakarta yang menjadi simbol atau identitas pakaian adat di Provinsi Jawa Tengah. Pakaian adat Jawa Tengah dikelompokkan menjadi dua, yaitu pakaian untuk bangsawan (kerabat keraton) dan pakaian untuk rakyat biasa.
Pakaian adat daerah Jawa Tengah untuk upacara pernikahan dikenal dengan nama Jawi jangkep untuk pria dan kebaya untuk perempuan. Masyarakat Jawa Tengah juga menggunakan pakaian adat berupa baju batik dan kain jarik yang dipakai pada saat upacara adat.
Baju tradisional laki-laki disebut dengan beskap. Sebagai pelengkap di bagian kepala biasanya memakai blangkon. Sementara untuk bagian bawahnya menggunakan jarik yang diikat dengan menggunakan stagen.
2. Tari tradisional Jawa Tengah
Kebudayaan Jawa Tengah selanjutnya adalah tari tradisional yang terdiri atas tarian keraton dan tarian rakyat. Jenis tarian keraton berasal dari lingkungan keraton. Sedangkan tarian rakyat dipergelarkan dalam upacara-upacara adat.
Contoh tarian yang terkenal yaitu Tari Bedhaya dari Keraton Kasunanan Surakarta. Sedangkan tarian rakyat salah satunya adalah tari Dolalak.
3. Kerajinan tradisional Jawa Tengah
Kebudayaan Jawa Tengah berikutnya adalah kerajinan tradisional yang memiliki berbagai bentuk seni kerajinan rakyat, diantaranya ukiran, batik, mebel, kerajinan perunggu, gerabah, gamelan, dan keramik. Kerajinan batik menjadi yang paling terkenal di Jawa Tengah dengan pusat di Kota Solo dan Pekalongan. Selain itu juga terdapat kerajinan ukir dari Kabupaten Jepara yang sudah mendunia.
Sejumlah daerah menjadi sentra kerajinan di Jawa Tengah, seperti kerajinan gerabah di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, kerajinan tenun lurik di Desa Troso, Pecangakan, Kabupaten Jepara dan Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten, kerajinan perunggu di Desa Tumang, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, kerajinan tatah sungging di Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri
Berikutnya kerajinan tanduk di Desa Kuwel, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, kerajinan kulit di Desa Mesin, Kabupaten Batang, anyaman bambu di Kota Pekalongan dan Kabupaten Brebes, kerajinan Kuningan di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, serta kerajinan wayang lilin di Kabupaten Boyolali.
4. Senjata tradisional
Keris merupakan senjata tradisional yang paling terkenal dalam Kebudayaan Jawa Tengah. Bahkan sebagian ada yang menganggap sebagai benda pusaka. Beberapa keris diberi nama tertentu, seperti Kiai Setan Kober milik Arya Penangsang (Adipati Jipang), Keris Kiai Sengkelat milik Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir (Sultan Pajang).
Dari bentuknya keris terdiri atas tiga bagian, yaitu ukiran atau hulu keris, wrangka atau rangka, dan wilahan. Hulu keris biasanya dibuat dari tanduk, kayu, gading, atau emas yang diukir dengan indah. Wrangka atau rangka berfungsi sebagai sarung keris. Wilahan atau gagang keris terbuat dari logam. Dahulu keris dipakai sebagai senjata perang. Sedangkan saat ini sebagai pelengkap pakaian adat.
5. Bahasa daerah
Bahasa daerah merupakan bagian dari kebudayaan Jawa Tengah yang paling menonjol. Penduduk Jawa Tengah mayoritas adalah suku Jawa. Bahasa Jawa dipakai dalam aktivitas sehari-hari. Bahasa Jawa juga memiliki jenis huruf sendiri yang dinamakan huruf Jawa (Honocoroko). Selain itu, ada keanekaragaman bahasa Jawa yang berkembang karena perbedaan dialek yang terbagi dua klasifikasi, yaitu dialek daerah dan dialek sosial. Dialek daerah didasarkan atas wilayah, karakter dan budaya setempat. Sedangkan dialek sosial didasarkan pada status sosial pemakainya. Dialek adalah variasi bahasa yang berbeda-beda menurut daerah asal pemakainya. Dialek juga disebut logat atau aksen.
6. Rumah adat
Rumah adat dalam kebudayaan Jawa Tengah dikenal terdapat beberapa jenis. Rumah adat Jawa Tengah dibedakan menurut bentuk atapnya terdapat lima jenis, yakni limasan, joglo atau tikelan, panggangpe, kampung, dan tajug. Susunan rumah adat tradisional Jawa Tengah terdiri atas beberapa bagian, di antaranya pintu gerbang, pendopo, pringgitan, dalem, gandhok, dapur.
Setiap bagian memiliki fungsi yang berbeda. Namun, tidak setiap jenis rumah memiliki bagian-bagian tersebut. Bagian rumah pendopo dan dalem terdapat pada bentuk joglo. Bagian bentuk pringgitan terdapat pada rumah bentuk limasan.
7. Alat musik tradisional
Kebudayaan Jawa Tengah berikutnya adalah alat musik tradisional yang dikenal dengan nama gamelan. Perangkat musik gamelan terdiri atas dua laras, yaitu laras slendro dan pelog. Seperangkat alat musik gamelan laras slendro dan pelog disebut gamelan sepangkon. Daerah yang terkenal sebagai sentra kerajinan gamelan adalah di Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
Alat musik gamelan terdiri atas beberapa instrumen alat musik, seperti kendang, bonang barung, bonang penerus, saron, slenthem, gender, gambang, kempul, kenong, kethug, sitter, suling, rebab, keprak dan kepyang, bedug, dan gong. Gamelan sudah sah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Takbenda oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Penetapan gamelan sebagai Intangible Cultural Heritage atau Warisan Budaya Takbenda (WBTB) ditetapkan pada Sidang UNESCO sesi ke-16 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Paris, Perancis pada 15 Desember 2021. Melalui penetapan ini, gamelan resmi menjadi warisan budaya dunia dari Indonesia yang ke-12.
Selain gamelan, juga ada jenis alat musik lainnya di beberapa wilayah, seperti rebana, tambur, calung, dan terompet. Alat-alat musik ini digunakan untuk mengiringi kesenian khas daerah.
8. Upacara tradisional
Upacara tradisional merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan Jawa Tengah. Upacara tradisional di Jawa Tengah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu upacara yang berhubungan dengan daur hidup dan upacara yang berhubungan dengan aktivitas masyarakat dalam lingkungannya.
Jenis upacara yang berhubungan dengan daur hidup yakni masa kehamilan, terdiri atas beberapa upacara selamatan, seperti ngebor-ngebori, dan mitoni atau tingkeban. Masa kelahiran, terdiri atas beberapa tahap antara lain brokohan, puputan, sepasaran, dan selapanan. Masa kanak-kanak, terdiri atas upacara tedhak siten dan sapihan.
Masa remaja, upacara ini merupakan proses memasuki masa kedewasaan yang ditandai dengan khitanan dan tetesan. Masa perkawinan, upacara pada masa ini merupakan simbol peralihan status seseorang dari masa lajang ke masa berumah tangga. Upacara perkawinan terdiri atas beberapa tahap, antara lain nakoke, nontoni, peningsetan, seserahan, midodareni, ijab kabul, temon, dan ngunduh mantu.
Masa kematian, berbagai upacara selamatan dilakukan sejak awal sampai 1.000 harinya. Tahapan upacara masa kematian meliputi brobosan, surtanah, nelung dina, pitung dina, matang puluh dina, nyatus dina, mendhak pisan, mendhak pindho, nyewu dina, dan kol.
Satu lagi jenis upacara yang berhubungan dengan daur hidup masyarakat yaitu ruwatan. Upacara ruwatan merupakan upacara pembebasan sukerto yang dibawa sejak lahir. Ruwatan dilakukan agar si anak terbebas dari ancaman Bathara kala. Salah satu bagian dari upacara yang tidak boleh dilepaskan adalah pemotongan rambut dan pementasan wayang kulit.
Sedangkan jenis upacara adat yang berhubungan dengan aktivitas hidup dan lingkungan jumlahnya beragam karena setiap daerah memiliki jenis upacara ini. Seperti nyadran adalah upacara yang dilakukan setiap menjelang bulan puasa guna mengirim doa bagi para leluhur yang sudah meninggal.
Demikian beragam Kebudayaan Jawa Tengah yang dirangkum. Semoga bisa menambah referensi pengetahuan anda.
Editor: Ary Wahyu Wibowo