Banjir di Pati dan Semarang Rendam Ratusan Rumah, Warga Dievakuasi Gunakan Perahu Karet
PATI, iNews.id – Banjir besar kembali melanda wilayah Jawa Tengah. Banjir merendam tiga kecamatan dan 10 desa di Kabupaten Pati serta sejumlah titik vital di Kota Semarang.
Ketinggian air mencapai satu meter, menyebabkan aktivitas warga lumpuh dan arus lalu lintas terganggu.
Untuk di Kabupaten Pati, banjir paling parah terjadi di Kecamatan Jakenan, Jaken dan Batangan. Desa Ketitang Wetan di Kecamatan Batangan mencatat ketinggian air hingga 70 cm.
Ratusan rumah terendam selama tiga hari berturut-turut, membuat warga kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari. Mereka menyebut banjir kali ini sebagai yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir.
Banjir di Pati disebabkan curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah tersebut serta jebolnya tanggul Sungai Widodaren. Tanggul yang sempit dan tidak mampu menampung debit air menjadi faktor utama meluapnya sungai ke pemukiman warga.
"Ini banjir paling besar dibanding tahun-tahun dulu. Ini rumah saya saja sudah sampai 70 sentimeter lebih lah. Penyebabnya itu sungainya kan sempit dan kecil, lah nampung air hujan yang sangat besar tanggul-tanggul sampai jebrol semua," kata warga Ketitang Wetan, Ali Maskuri di lokasi, Senin (27/10/2025).
Sementara itu, di Kota Semarang, banjir merendam Jalan Pantura Kaligawe Raya dengan ketinggian air mencapai 80 cm. Kemacetan parah tak terhindarkan, hanya truk besar yang mampu melintasi jalan tersebut, itupun dengan kecepatan sangat lambat.
Para sopir truk mengeluhkan keterlambatan pengiriman barang akibat genangan air. Pasar Waru Kaligawe juga ikut terendam, memaksa pedagang berjualan di pinggir jalan selama dua hari.
Penurunan omzet dialami para pedagang karena minimnya pembeli yang enggan masuk ke area pasar yang tergenang. "Ini sudah tiga hari. Pembeli malas masuk," ucap pedagang pasar Kaligawe, Rini.
Petugas gabungan melakukan evakuasi warga menggunakan perahu karet di titik banjir terdalam yang mencapai lebih dari satu meter.
Warga berharap pemerintah segera melakukan penanganan banjir secara permanen agar bencana tahunan ini tidak terus berulang. Mereka meminta perbaikan tanggul dan normalisasi sungai sebagai solusi jangka panjang.
Editor: Kurnia Illahi