Banteng Raiders, Pasukan Pemukul Kodam IV/ Diponegoro yang Disegani Kawan maupun Lawan

Kompi Banteng Raiders-IV dipimpin oleh Kapten Idris, merupakan anggota pilihan dari Batalyon 404/Cocor Merah pimpinan Kapten Purwoto.
Atas perintah Pangter IV untuk menambah 1 lagi Kompi Banteng Raiders-V dipimpin oleh lettu Ali Murtopo, yang diambil dari Batalyon 407/Apris pimpinan Kapten Ngadimin.
Kompi Staf/Markas dipimpin oleh Karta Brata merupakan anggota pilihan dari batalyon 405/Singo Wereng, 406, dan Batalyon 407.
Berdasarkan Surat Keputusan Panglima Terr IV nomor 5/B-4/ADJEN/4/1953 tanggal 23 Maret 1953. Bertempat di Balikota Tegal diresmikan Batalyon 431/Banteng Raiders dengan moto/semboyan “ Pantang Mundur”.
Motto ini diberikan oleh Letkol Achmad Yani. Organisasi ini merupakan sandi ROI-I, sedangkan sebagai komandan batalyon (Danyon) pertama yaitu Kapten Hardoyo. Batalyon Banteng Raiders pertama ini mendapat julukan BR I.
Selanjutnya anggota 431/BR yang di bentuk saat itu di ambil dari anggota-anggota pilihan dari seluruh kesatuan yang ada di daerah Teritorium IV dan langsung di latih serta di gembleng oleh Letkol Ahmad Yani.
Batalyon pada saat itu bernama Banteng, karena di dalam melaksanakan operasi penumpasan DI/TII mengunakan gerakan-gerakan taktik nonkonvensional, yakni gerakan-gerakan Raid (taktik ayam alas dan nyudung) dan berhasil sehingga batalyon ini sangat terkenal dengan nama Batalyon Banteng Raiders. Bisa dikatakan, batalyon inilah pelopor adanya satuan-satuan Raiders yang ada di Indonesia
Peremajaan Batalyon Infanteri 401/Banteng Raiders di mulai pada awal tahun 1958, dengan menyaring kembali anggota BR I sebagai inti, dan tenaga tambahan di ambil dari tamtama remaja yang telah menempuh diklat di Depo 2.
Selanjutnya di latih BTC Sapta Arga yang berada di Purworejo Generasi ini disebut BR II dengan julukan Si Gudel (anak kerbau), karena mayoritas anggota belum pernah operasi. Pada awal tahun 1961, Batalyon banteng Raiders menempuh Kualifikasi Raiders di Bruno dan melanjutkan pendidikan Para, sehingga menjadi Yonif dengan Kualifikasi Para.
Editor: Ahmad Antoni