get app
inews
Aa Text
Read Next : Dramatis, Evakuasi Kakek Pencari Enceng Gondok Terjebak Semalaman di Rawa Pening

Contoh Cerita Fiksi Singkat Berbagai Tema, Lengkap dengan Unsur-unsurnya

Rabu, 31 Agustus 2022 - 08:23:00 WIB
Contoh Cerita Fiksi Singkat Berbagai Tema, Lengkap dengan Unsur-unsurnya
Contoh Cerita Fiksi. Legenda Rawa Pening (Foto: Getty Images)

JAKARTA, iNews.id - Contoh cerita fiksi beserta unsur-unsurnya berikut ini bisa menjadi referensi belajar untuk siswa. Cerita fiksi merupakan karya sastra yang berupa cerita khayalan atau tidak nyata yang dibuat berdasarkan imajinasi penulis. Karena berasal dari imajinasi penulis, maka cerita fiksi ini tidak didasarkan pada fakta dan realita.

Meski begitu, terdapat sejumlah cerita fiksi yang berangkat dari fakta-fakta sejarah yang ada.
Selanjutnya, kamu bisa menyimak contoh cerita fiksi berikut ini sebagaimana dirangkum iNews.id dari berbagai sumber.

Contoh Cerita Fiksi

1. Legenda Rawa Pening

Cerita mengisahkan tentang Baro Klinting, seekor naga, anak dari Endang Sawitri, putri Kepala Desa Ngasem. Karena sebuah kutukan, Endang Sawitri harus mengandung dan melahirkan seorang anak berwujud naga seorang diri. 

Baro Klinting pun pergi ke Gunung Telomoyo untuk bertapa demi melepaskan diri dari kutukan sehingga dapat berubah wujud menjadi anak manusia pada umumnya. 
Ia bertapa dengan cara melilitkan tubuh naganya sampai ke puncak Gunung Telomoyo.

Malangnya,ada sekumpulan warga Desa Pathok yang tengah berburu tidak melihat wujud keseluruhan Baro Klinting. 
Mereka hanya melihat ekor Baro Klinting saja dan memotong-motong daging ekor Baro Klinting untuk dibawa pulang ke desa mereka.

Baro Klinting yang telah berhasil dalam pertapaan dan berubah wujud menjadi seorang anak manusia pun mendatangi warga Pathok. Namun,keadaan tubuhnya yang lusuh dan penuh luka mengakibatkan penolakan warga. 

Baro Klinting pun menantang warga mencabut sebatang lidi yang tertancap di tanah. Ajaibnya, tak seorang pun mampu mencabutnya, bahkan orang dewasa yang paling kekar sekalipun. Hanya Baro Klinting yang berhasil mencabut lidi itu.

2. Pengembala yang Suka Berbohong (The Boy Who Cried Wolf)

Di suatu desa, hiduplah seorang anak lelaki bersama dengan ayahnya. Suatu ketika, sang ayah memberitahu anak laki-laki itu bahwa ia sudah cukup umur untuk mengawasi domba.

Setiap hari, anak lelaki itu itu membawa domba-domba ke ladang rumput dan kemudian mengawasinya saat mereka merumput. Namun, bocah itu tidak bahagia dan tidak suka membawa domba-domba ke ladang.

Menurutnya, mengawasi domba yang merumput sangat membosankan. Ia ingin pergi bermain. Jadi, ia memutuskan untuk bersenang-senang.
Ia kemudian berteriak, “Serigala!Serigala!”. Sontak seluruh warga desa datang berlari sambil membawa batu untuk mengusir serigala sebelum bisa memakan domba mana pun.

Namun, saat penduduk menemukan tidak ada serigala, mereka bergumam tentang bagaimana bocah itu membuang waktu mereka.

Keesokan harinya, bocah itu mengulangi perbuatannya lagi. Ia berteriak, “Serigala! Serigala!” dan, sekali lagi, penduduk desa bergegas ke sana untuk mengusir serigala.

Anak itu menertawakan ketakutan yang disebabkannya. Kali ini, penduduk desa pergi dengan marah.
Hari ketiga, ketika anak lelaki itu naik ke bukit kecil, tiba-tiba dia melihat serigala menyerang domba-dombanya.

Ia berteriak sekeras yang ia bisa, “Serigala! Serigala! Serigala! ”, Tetapi tidak ada satupun penduduk desa yang datang untuk membantunya.
Penduduk desa berpikir bahwa dia mencoba membodohi mereka lagi dan tidak datang untuk menyelamatkannya atau domba-dombanya. 
Anak lelaki itu kehilangan banyak domba pada hari itu, semua karena kejahilan dan sifatnya yang suka berbohong.

3. Si Kancil dan Buaya

Suatu hari, saat tengah berjemur di bawah terik matahari, Si Kancil merasa lapar.
Dia pun membayangkan betapa nikmatnya kalau ada makanan kesukaannya yaitu mentimun. Namun kebun ketimun ada di seberang sungai, bagaimana cara menyeberanginya ya? Si Kancil berpikir sejenak.

Tiba-tiba Si Kancil melompat kegirangan, dan berteriak: “Buaya….buaya…. ayo keluaaaaar….. Aku punya makanan untukmu…!!” seperti itulah si Kancil berteriak kepada buaya-buaya yang banyak tinggal di sungai yang dalam itu. Tak lama kemudian, seekor buaya muncul dari dalam air, “Bruaaar… siapa yang teriak siang-siang begini.. mengganggu tidurku saja.” “Hei Kancil, diam kau.. kalau tidak aku makan nanti kamu.” Kata buaya kedua yang muncul bersamaan.

“Ada apa Kancil sebenarnya, ayo cepat katakan,” kata buaya.
“Begini buaya, maaf kalau aku mengganggu tidurmu, tapi aku akan bagi-bagi daging segar buat buaya-buaya di sungai ini,” makanya kalian harus keluar semua untuk menghabiskan daging-daging segar ini.
Mendengar bahwa mereka akan dibagikan daging segar, buaya-buaya itu segera memanggil teman-temannya untuk keluar semua.

“Hei, teman-teman semua, ada makanan gratis nih! Ayo kita keluaaaar….!” pemimpin dari buaya itu berteriak memberikan komando. Tak berapa lama, bermunculanlah buaya-buaya dari dalam air.

“Nah, sekarang aku harus menghitung dulu ada berapa buaya yang datang, ayo kalian para buaya segera baris berjajar hingga ke tepi sungai di sebelah sana,” “Nanti aku akan menghitung satu persatu.”
Lalu tanpa berpikir panjang, buaya-buaya itu segera mengambil posisi, berbaris berjajar dari tepi sungai satu ke tepi sungai lainnya, sehingga membentuk seperti jembatan.

“Oke, sekarang aku akan mulai menghitung,” kata si Kancil yang segera melompat ke punggung buaya pertama, sambil berteriak,
“Satuuu….. duaaaa….. tigaaaa…..” begitu seterusnya sambil terus meloncat dari punggung buaya yang satu ke buaya lainnya. Hingga akhirnya si Kancil sampai di seberang sungai. Dan di dalam Hatinya tertawa, “Mudah sekali ternyata.”

Begitu sampai di seberang sungai, Kancil berkata pada buaya, “Hai buaya-buaya bodoh, sebetulnya tidak ada daging segar yang akan aku bagikan. Tidakkah kau lihat bahwa aku tidak membawa sepotong daging pun?” “Sebenarnya aku hanya ingin menyeberangi sungai ini, dan aku butuh jembatan untuk lewat,” kata si Kancil.

“Haaaa!….huaaaaaahh… sialan… Kancil nakal, ternyata kita cuma dibohongi. Awas kau kancil ya.. kalau ketemu lagi saya makan kamu,” kata buaya-buaya itu geram.
Si Kancil segera berlari menghilang di balik pepohonan dan menuju kebun Pak Tani untuk mencari ketimun makanan kesukaannya.

Unsur-unsur Cerita Fiksi

Unsur-unsur cerita fiktif dibagi menjadi dua jenis, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Berikut penjelasannya.

1. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik cerita fiksi terdiri atas:

- Tema : gagasan dasar umum yang terkandung di dalam teks.
- Tokoh : pelaku dalam karya sastra. Tokoh dibedakan menjadi dua jenis, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan.
- Alur/Plot : jalan cerita
- Konflik : kejadian yang tergolong penting, merupakan sebuah unsur yang sangat.diperlukan dalam mengembangkan plot.
- Klimaks : saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat itu merupakan sebuah yang tidak dapat dihindari.
- Latar atau setting : tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
- Amanat : pemecahan yang diberikan pengarang terhadap persoalan di dalam sebuah karya sastra.
- Sudut pandang : cara pandang penulis dalam cerita
- Penokohan : teknik atau cara-cara menampilkan tokoh.

Editor: Komaruddin Bagja

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut