Contoh Tradisi Berpantun yang Ada di Indonesia

JAKARTA, iNews.id - Contoh-contoh tradisi berpantun yang ada di Indonesia akan diulas pada artikel kali ini. Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa dituturi dan dikarang serantau Nusantara di Asia Tenggara, terutamanya bahasa Melayu.
Dalam bahasa Jawa, pantun dikenal dengan parikan, dalam bahasa Sunda pantun disebut paparikan dan dalam bahasa Batak, pantun dikenal dengan sebutan umpasa.
Lazimnya, pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), tiap larik terdiri atas 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b ataupun a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b atau a-b-b-a).
Pantun merupakan salah satu bentuk puisi lama. Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, tapi sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Ciri lain dari sebuah pantun adalah pantun tidak memberi nama penggubahnya (anonim). Hal ini dikarenakan penyebaran pantun dilakukan secara lisan.
Sebuah tradisi yang umumnya tidak tertulis berupa ucapan yang ekspresif, dan seringkali memiliki isi jenaka yang disebut "pantun" adalah seni tradisi yang dapat dijumpai secara umum di sebagian besar daerah Melayu di seluruh Malaysia, Brunei, Singapura kepulauan Indonesia.
Beberapa pertunjukan "pantun" bersifat narasi; misalnya, tradisi "kentrung" di Jawa Tengah dan Jawa Timur, menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang.
Pantun memiliki struktur yang terdiri atas sampiran dan isi. Sampiran berfungsi menyiapkan rima dan irama yang dapat membantu pendengar memahami isi pantun.
Pada umumnya sampiran tidak memiliki hubungan dengan isi, tetapi terkadang sampiran dapat memberi bayangan terhadap isi pantun. Isi merupakan bagian inti pantun yang berisi maksud atau pikiran yang akan disampaikan si pembuat pantun.
Batombe merupakan tradisi berbalas pantun yang dilakukan pada event-event lokal tertentu. Kata Batombe sendiri berasal dari kata “ba” yang merupakan kata imbuhan awalan dalam Bahasa Minangkabau, serta “Tombe” yang berarti pantun; yang bila digabungkan akan memiliki arti “berpantun”.
Batombe dilakukan sambil diiringi musik yang berasal dari alat musik tradisional rabab atau gitar, tergantung dari jenisnya.
Tradisi yang bernama Berahoi ini merupakan tradisi yang sudah turun-temurun di mana masyarakat akan memanen padi sambil berpantun dan bersuka cita.
Tidak hanya terdengar seru, tradisi ini juga memiliki makna penting dalam mempererat hubungan antar masyarakat di sana.
Dilansir dari laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Berahoi merupakan tradisi berpantun ketika panen yang dilakukan oleh masyarakat suku Melayu Langkat di Sumatera Utara yang merupakan masyarakat agraris.
Editor: Komaruddin Bagja