Direhab Cucu Mangkunegara VIII, Makam Beteng Punggawa Baku Jadi Tempat Wisata Religi

BOYOLALI, iNews.id – Kondisi makam Beteng Punggawa Baku Kawandasa di Dukuh Krisik, Desa Nglembu, Kecamatan Simo, Kabupaten Boyolali kini lebih terawat. Pagar keliling dan lingkungan sekitarnya dibangun kembali, sehingga keadaannya lebih bersih. 

Rehab makam dilakukan KRMH Roy Rahajasa Yamin, cucu Mangkunegara VIII. Maka itu merupakan makam Joko Tilarso dan Joko Mursito, Punggawa Baku Kawandasa. Keduanya merupakan prajurit Pangeran Sambernyawa atau Mangkunegara I. 

Baca Juga

Protes Hasil Panen Tak Laku, Petani di Boyolali Jual Wortel Bayar Seikhlasnya

“Beliau adalah pendukung utama Pangeran Sambernyawa saat berjuang mendirikan Pura Mangkunegaran,” kata Surojo, pemerhati budaya Soloraya, Rabu (23/2/2022). 

Setelah Pura Mangkunegaran berdiri, keduanya pulang kembali ke Simo, Boyolali sebagai tempat tanah airnya. Keduanya dikenal sebagai kerabat dari Ki Ageng Singoprono ke-2. 

Baca Juga

Hujan Deras Disertai Angin Kencang Terjang Boyolali, Sejumlah Tiang Listrik Roboh

Keduanya dimakamkan di Simo, Boyolali, termasuk Ki Ageng Singoprono III dan IV, serta Raden Ayu Tasik Wulan yang merupakan istri Pangeran Mangkubumi I sekaligus mertua Raja Pakoe Boewono (PB) VI. 

Baca Juga

Pegawai Positif Covid-19, Kebun Raya Indrokilo Boyolali Ditutup Sepekan

“Makam ini disebut Makam Beteng. Kondisi makam akhir-akhir ini tidak terawat,” ujarnya.

Setelah kondisi ini didengar KRMH Roy Rahajasa Yamin yang kemudian berziarah serta memiliki gagasan untuk memperbaiki makam.

Baca Juga

Disdikbud Boyolali Izinkan Sekolah yang Tidak Ada Kasus Covid-19 Bisa Gelar PTM

Perbaikan makam juga mendapat dukungan warga setempat. Setelah makam selesai direhab, selanjutnya diluncurkan menjadi destinasi wisata religi. 

Pihaknya menyampaikan terima kasih atas kepedulian yang diberikan. Mengingat posisi penguasa Pura Mangkunegaran kini tengah kosong, pihaknya turut mendoakan agar KRMH Roy Rahajasa Yamin bisa menjadi pengganti Mangkunegara IX. 

Pada era sekarang, untuk menjadi Mangkunegara X memiliki tantangan yang lebih besar. Selain itu juga harus bisa merangkul seluruh kerabat dan masyarakat adatnya.  

Editor: Ary Wahyu Wibowo