Diterjang Arus Sungai, Jembatan Berusia Ratusan Tahun di Grobogan Roboh
GROBOGAN, iNews.id - Sebuah jembatan berusia ratusan tahun di Kabupaten Grobogan roboh akibat terseret arus sungai. Jembatan selama ini menjadi akses penghubung dua desa di dua kecamatan.
Jembatan yang roboh selama ini dikenal dengan nama Jembatan Teyeng. Jembatan membentang sekitar 100 meter di atas Sungai Lusi di Desa Dapurno, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan.
Jembatan ambrol Kamis (21/7/2022) malam akibat terjangan arus Sungai Lusi yang deras. Dua tiang penyangga di tengah sungai ambruk hingga membuat seluruh kerangka besi jembatan patah dan jatuh berserakan di tengah sungai.
Jembatan Teyeng merupakan jalur alternatif warga Desa Dapurno menuju Kecamatan Kradenan. Jembatan tua bersejarah ini juga menjadi salah satu jalur aktivitas warga ke sawah.
“Ceritanya, Jembatan Teyeng adalah jembatan peninggalan zaman penjajahan Belanda yang awalnya digunakan sebagai jalur pelintasan kereta api,” kata Tri Widodo, salah satu warga setempat, Sabtu (23/7/2022).
Setelah Belanda meninggalkan Indonesia, jalur ini mangkrak dan tidak digunakan lagi untuk aktivitas perkeretaapian. Warga lalu merubah jembatan ini menjadi jalur alternatif yang menghubungkan Kecamatan Wirosari dan Kecamatan Kradenan.
Jembatan mengalami kerusakan dan lapuk di seluruh lantainya yang terbuat dari kayu jati. Sementara, tiang penyangga yang berdiri di tengah sungai tergerus aliran air.
Setelah jembatan roboh, warga Desa Dapurno di Kecamatan Wirosari, dan Desa Tanjungsari di Kecamatan Kradenani harus memutar melewati jembatan baru untuk beraktivitas. Waktu tempuh menjadi dua kali lipat lebih lama.
Warga sangat menyayangkan atas robohnya jembatan peninggalan zaman Kolonial Belanda tersebut. Sebab cerita dan sejarah Jembatan Teyeng menjadi sirna. Sebelum roboh, Jembatan Teyeng selalu dibanjiri anak-anak muda untuk foto prewedding, refreshing, dan berswafoto setiap hari.
Editor: Ary Wahyu Wibowo